Senin, 05 Maret 2018

Apa Yang Harus Diketahui dan Dilakukan Ibu Nifas?


Ditulis kembali oleh @elliyinayin

Masa nifas seorang ibu berbeda-beda. Meskipun demikian, ibu nifas yang sedang menyusui harus tetap merawat diri, menjaga kesehatan ibu dan anak. Berikut cara menyusui bayi, perawatan ibu semasa nifas, dan tanda bahaya dan penyakit saat nifas.

Cara menyusui bayi
  • Susui sesering mungkin, semau bayi, paling sedikit 8 kali sehari
  • Jika bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan lalu susui
  • Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain
  • Beri bayi hanya ASI sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif)
  • Biasanya cuci tangan degan sabun waktu: akan memegang bayi, sesudah buanga air besar/kecil, sesudah menceboki anak

 Perawatan ibu
  • Minum 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) segera setelah melahirkan
  • Minum lagi kapsul vitamin A pada hari kedua. Jarak kapsul pertama dan kedua minimal 24 jam
  • Periksa ke bidan/dokter minimal 3 kali pada: minggu pertama, ke 2 dan ke 6.
  • Makanlah dengan pola gizi seimbang, lebih banyak daripada saat hamil
  • Istirahat/tidur cukup dan banyak minum supaya asi keluar banyak
  • Bagi ibu nifas yang memerlukan, minumlah 1 tablet tambah darah setiap hari, selama 40 hari.
  • Jaga kebersihan alat kelamin dan ganti pembalut sesering mungkin

Tanda bahaya dan penyakit pada saat nifas
  • Perdarahan lewat jalan lahir
  • Keluar cairan berbau dari jalan lahir
  • Demam
  • Bengkak di muka, tangan, atau kaki disertai sakit kepala dan atau kejang
  • Nyeri atau panas di daerah tungkai
  • Payudara bengkak, berwarna kemerahan, dan sakit
  • Puting lecet
  • Ibu mengalami depresi (antara lain menangis tanpa sebab dan tidak peduli pada bayinya)

Seluruh tulisan di atas bersumber dari Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia atu lebih sering kita kenal dengan buku pink

Minggu, 04 Maret 2018

Mengapa perlu Keluarga Berencana (KB)


Ditulis kembali oleh @elliyinayin


Mengapa ibu perlu ikut KB?
Agar ibu tidak cepat hamil lagi (minimal 2 tahun)
Agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga

Cara ber KB
Bagi suami:
Suami memakai kondom setiap melakukan hubungan seksual

Bagi istri:
Istri minum pil KB tiap hari secara teratur. Selama menyusui, minum pil KB khusus
Istri disuntik KB
Di lengan istri dipasangi susuk KB
Di rahi istri dipasangi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

Sterilisasi
Jika jumlah anak sudah cukup dan tidak ingin punya anak lagi:
Saluran sperma suami diikat atau dipotong (metode operasi pria)
Saluran telur istri diikat, dijepit, atau dipotong (metode operasi wanita)

Seluruh tulisan di atas bersumber dari Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia atu lebih sering kita kenal dengan buku pink

Apa Yang Harus Diketahui dan Dilakukan Ibu Saat Mendekati Masa Persalinan?

Ditulis kembali oleh @elliyinayin

Mendekati hari persalinan atau masa masa Hari Perkiraan Lahir (HPL) adalah saat yang semakin mendebarkan bagi seorang calon ibu dan ayah, lebih-lebih menanti anak pertama. Ibu dan Ayah harus meminimalkan rasa panik. Ketahuilah tanda bayi akan lahir. Berikut sedikit panduan bagi ibu yang menanti masa persalinan.

Tanda bayi akan lahir
  • Perut mulas secara teratur
  • Mulasnya sering dan lama
  • Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
  • Keluar air ketuban dari jalan lahir
  • Jika muncul salah satu tanda di atas maka suami atau keluarga harus segera membawa ibu hamil ke fasilitas layanan kesehatan

Proses melahirkan (persalinan)
  • Bayi biasanya lahir 12 jam sejak mulas teratur yang pertama. Ibu masih boleh makan, minum, buang air kecil dan berjalan
  • Jika terasa sakit, tarik nafas panjang lewat hidung dan keluarkan lewat mulut
  • Jika terasa ingin buang air besar, segera beri tahu bidan/dokter
  • Bidan/dokter akan menyuruh ibu mengejan. Ikuti perintahnya
  • Begitu bayi lahir, letakkan bayi di dada ibu. Biarkan ia berusaha mencari puting susu ibunya (inisiasi menyusu dini)
  • Tindakan ini bisa mencegah perdarahan dan merangsang keluarnya ASI

Masalah pada persalinan
  • Perdarahan lewat jalan lahir
  • Tali pusar atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
  • Ibu tidak kuat mengejan
  • Ibu kejang
  • Air ketuban keruh dan berbau
  • Ibu gelisah
  • Ibu merasakan sakit yang hebat
  • Ikuti semua nasihat bidan/dokter. Suami atau keluarga harus selalu mendampingi

Seluruh tulisan di atas bersumber dari Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia atu lebih sering kita kenal dengan buku pink

Sabtu, 03 Maret 2018

Apa Yang Harus Diketahui dan Dilakukan Ibu Hamil?

Ditulis kembali oleh @elliyinayin

Panduan ini sengaja ditulis ulang karena umumnya ibu hamil kurang memperhatikan panduan yang tertuang dalam buku pink. Buku pink adalah Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Setiap Ibu yang memeriksakan kehamilannya, pasti akan mendapatkan buku tersebut. Kalau nggak periksa, ya tentu tidak dapat. Ada himbauan agar buku ini selalu dibawa setiap ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Buku ini berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin, dan nifas) dan bayi (bayi baru  lahir, bayi, dan anak balita) serta informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.

Setiap ibu hamil mendapat satu buku KIA. Jika ibu melahirkan bayi kembar, maka ibu memerlukan tambahan buku KIA lagi.

Buku ini tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan (Posyandu, Polindes/Poskesdes/ Pustu, Puskesmas, bidan, dokter praktik, rumah bersalin, dan rumah sakit.

Periksa kehamilan secara rutin
  • Segera periksakan diri ke petugas kesehatan
  • Ukur tinggi badan dan lingkar lengan aras (lila) saat pertama kali periksa
  • Timbang berat badan setiap kali periksa. Berat badan akan naik sesuai umur kandungan
  • Ukur tekanan darah dan besarnya kandungan tiap kali periksa. Kandungan akan membesar sesuai umur kehamilan
  • Minum 1 pil tambah darah setiap hari selama 90 hari. Pil ini tidak berbahaya bagi bayi.
  • Mintalah imunisasi Tetanus Toksoid (TT) kepada petugas. Hal ini untuk mencegah tetanus pada bayi. Ikuti kelas ibu hamil jika memungkinkan

 Persiapan melahirkan/bersalin
  • Tanyakan kepada bidan atau dokter tanggal perkiraan persalinan
  • Pastikan suami atau keluarga mendampingi ibu hamil saat periksa
  • Siapkan tabungan untuk biaya persalinan
  • Suami atau keluarga dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu diperlukan
  • Pikirkan dimana ibu hamil berencana akan melahirkan (Puskesmas/Rumah Sakit/ Rumah Bersalin)
  • Rencanakan Keluarga Berencana (KB). Tanyakan cara dan macam-macam KB kepada petugas
  • Siapkan orang yang bersedia menjadi donor darah jika sewaktu-waktu diperlukan
  • Tempelkan stiker Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) di rumah ibu hamil setelah merencanakan persalinan dengan petugas kesehatan

 Perawatan sehari hari
  • Mandi 2 kali sehari dengan sabun
  • Gosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur
  • Boleh melakukan hubungan suami istri tapi tanyakan kepada petugas cara yang aman
  • Setelah kandungan berumur 4 bulan, seringlah elus-elus perut dan ajak bicara bayi di dalam kandungan
  • Kurangi kerja berat
  • Istirahat berbaring minimal 1 jam di siang hari. Posisi tidur sebaiknya miring
  • Sebaiknya ibu hamil tidur menggunakan selambu, hindari penggunaan obat nyamuk bakar atau semprot

 Anjuran  makan untuk ibu hamil
  • Tanyakan kepada petugas kesehatan tentang makanan yang bergizi
  • Makanlah dengan pola gizi seimbang, lebih banyak daripada sebelum hamil
  • Tidak ada pantangan makanan selama hamil
  • Jika mual, muntah, dan tidak nafsu makan, pilihlah makanan yang tidak berlemak dan menyegarkan. Misalnya, roti , ubi, singkong, biskuit, dan buah.
  • Jangan minum jamu, minuman keras atau merokok karenan membahayakan kandungan
  • Jika minum obat, tanyakan caranya kepada petugas kesehatan


Tanda bahaya pada kehamilan
  • Perdarahan pada hamil muda maupun hamil tua
  • Bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang.
  • Demam atau panas tinggi
  • Air ketuban keluar sebelum waktunya
  • Bayi di dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
  • Muntah terus. Tidak mau makan
  • 6 masalah di atas dapat menyebabkan keguguran atau kelahiran diri (prematur) yang membahayakan ibu dan bayi. Segeralah bawa ke petugas kesehatan didampingi suami atau keluarga

 Masalah lain pada kehamilan
  • Batuk lama
  • Lemah
  • Jantung berdebar-debar
  • Gatal-gatal pada kemaluan
  • Keluar keputihan

Seluruh tulisan di atas bersumber dari Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia atau lebih sering kita kenal dengan buku pink

Jumat, 02 Maret 2018

Mbak Tini Ikuti Program Kejar Paket A, Membekali ART dengan Pendidikan Itu Penting

Ditulis oleh @elliyinayin

Pertanyaan pertama apa yang akan anda tanyakan jika mewawancarai seorang calon Asisten Rumah Tangga (ART)?
Minta gaji berapa? // Pengalaman kerjanya apa? // Sudah pernah ikut berapa juragan? Atau hal-hal lain yang mungkin malah tidak ada hubungannya dengan pekerjaan? hehehe....Mencari ART memang susah susah gampang.

Pengalaman saya soal pencarian ART sangat simple. Saya tidak terlalu peduli dengan tetek bengek pribadinya. Yang paling penting bagi saya adalah bisa calistung alias membaca, menulis, dan menghitung. Tapi saya sempat kaget saat Mbak Tini mengatakan dia tidak lulus SD. Namanya Partini (lahir 1979). Ia hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 4 SD. Untung saja ia bisa calistung. Kurang lebih 1 tahun ia bekerja dengan saya untuk mengurus rumah tangga dan membantu momong Wafa ketika saya ngantor. Beruntungnya saya mendapat orang yang InsyAllah amanah serta memiliki 2 pengalaman pekerjaan yang sangat mendukung. Pertama, pernah menjadi tukang laundry. Kedua, pernah momong bayi hingga si bayi berusia 11 tahun. Artinya, skill dan kesabarannya tidak perlu dipertanyakan lagi.

Saya berpikir, Mbak Tini tak selamanya bekerja dengan saya. Jika kelak ia berhenti, dia harus memiliki sesuatu yang bisa dijadikan modal untuk meningkatkan taraf hidupnya. Saya pun berembug dengan suami untuk mengikutkan Mbak Tini pada program paket A di daerah Sangkrah, Surakarta. Tujuannya agar Mbak Tini memiliki ijazah SD. Mbak Tini memiliki kemampuan yang mumpuni sehingga kalau ia memiliki ijazah SD, dia bisa bekerja di pabrik atau sebagai karyawan OS. Mas Cahyo setuju. Tinggal Mbak Tini meminta ijin suaminya untuk mengikuti program ini.

Deal. Mbak Tini tidak keberatan untuk melaksanakan program tersebut. Saya katakan bahwa saya akan tanggung biaya bulanan, semesteran dan Ujian Nasional nanti. Jika ada tagihan lain sampaikan saja. Saya juga sempat mengajak Mbak Tini ke studio foto untuk melengkapi syarat pendaftaran. Dengan mengenakan baju milik saya serta dandan seadanya, jepret jepret. Beres. KBM pun berlangsung setiap Senin-Kamis pukul 19.30-21.00. Saya berpesan ke Mbak Tini agar selalu masuk kelas. Tidak hanya nanggung biaya, saat sebulan mendekati UN, saya juga nanggung PR nya Mbak Tini,wkwkwkwkw.

Pagi-pagi sebelum berangkat ngantor, ia sodorkan sebendel soal dengan beberapa mapel. Katanya sih untuk tryout. “Bu, ada PR disuruh latihan,” katanya. Lalu saya jawab, “Yang sekolah kamu, kok yang disuruh ngerjain PR aku.” Lalu kami tertawa bersama. Ia menggendong Wafa, dan saya sambil mengerjakan PR nya. Jadi Mbak Tini hanya perlu mengingat setiap soal dengan jawaban yang benar. Keadaan seperti ini, pasti kita maklum. Ia tak mungkin membaca buku. Ia tak mungkin belajar selayaknya anak sekolah.

Hari-hari mendekati UN. Apakah menegangkan? Tidak sama sekali. Mbak Tini bekerja seperti biasanya. Saya ngantor seperti biasanya. Kalau dia ada PR ya pasti saya bantu kerjakan. Yang menegangkan bukan UN nya, tapi perutnya yang semakin membesar. Seingat saya, saat UN ia sedang hamil 7 bulan. Oh oh,,,semoga lancar. UN pun berlansung lancar.

Dengan berat hati saya sampaikan, “Mbak, maaf. Sampeyan tidak mungkin kerja dengan aku selamanya. Aku tidak mungkin ngopeni anakmu juga. Sampeyan juga tidak mungkin bekerja dalam keadaan punya bayi . Jadi, maaf banget, kalau usia kehamilanmu sudah 36 minggu, aku menghentikanmu ya Mbak. Terima kasih banyak atas bantuan selama ini.” Saat itu saya sedih sekali. Tidak tega. Saya sangat sedih karena harus berpikir mencari ART baru atau mencarikan Wafa sebuah day care. Tapi menghentikan ia bekerja adalah pilihan yang paling realistis.

Si jabang bayi dengan nama Joko Perkasa telah lahir dengan berat badan 3.4 kg. Kini ia telah berusia 1,5 tahun dan sudah bisa berlari. Sayang, usia Bapaknya tidak panjang. Suami Mbak Tini meninggal 1,5 bulan yang lalu dalam kecelakaan motor saat berangkat bekerja. Ijazah Mbak Tini pun baru sempat diambil pada Senin (26/2/2018) kemarin.

Saya tidak bisa berucap kecuali satu hal, semoga ilmumu manfaat ya Mbak dan semoga Joko menjadi anak sholeh. Amin.



Kamis, 01 Maret 2018

Sepuluh Tips Sederhana Membuka Warung Kelontong

Ditulis oleh @elliyinayin

Saat sedang santai, kakak kelas jaman Aliyah dengan mengejutkan menghubungi melalui WA. Ia yang  jauh di Balikpapan tetiba melontarkan beberapa pertanyaan. Pertanyaan yang sangat sederhana terkait bagaimana saya memulai usaha kelontong rumahan dari NOL BESAR.

Pertanyaannya adalah seputar dimana saya kulak, apa saja yang seharusnya dikulak, dan seberapa banyak stok saya. Berikut ada 9 tips yang sekiranya dapat menjawab pertanyaan di atas.

Pertama, amati jarak antara usaha kelontong yang akan kita buka dengan usaha milik tetangga. Pastikan masih jarang atau jaraknya agar berjauhan.

Kedua, amati bagaimana kemampuan ekonomi tetangga kita. Jika mereka hanya mampu membeli barang dengan harga Rp 500, maka pilihan kulak kemasan Rp 500, jangan yang Rp 1.000.

Ketiga, hitung modal yang kita punya. Untuk yang sangat pemula seperti saya, saya sarankan agar stok barang sedikit namun variannya banyak. Sehingga kita tahu sebenarnya barang yang seperti apa sih yang pembeli butuhkan. Modal disini tidak hanya dihitung modal barang yang dijual, namun juga modal yang berhenti dan modal yang habis. Misal etalase, kulkas es, printer (jika buka saja ngeprint), gunting dan plastik. Lihatlah skala kemampuan kita dan warung kelontong yang seperti apa yang akan kita dirikan.

Keempat, dengarkan saran dan kritik para tetangga/pembeli. Hal ini akan sangat berguna untuk perkembangan usaha anda. Misal:
Mbak, jualo telur.
Mbak, gulanya stok yang ¼ kg donk.
Mbak, siapin lilin ya kalau mati lampu kita belinya dekat..
Mbak, beras belinya jauh nih. Stok donk..
Mbak, shampoo XXX yang varian hijau kok tidak ada?
Mbak, sabun cuci XXX yang cair belum stok to?
Mbak, aku butuh obat nyamuk bakar nih..
Dengan demikian, kita benar-benar kulak yang jelas akan laku dan memenuhi kebutuhan pelanggan.

Kelima, kulakan tidak harus banyak dan muluk-muluk mencari harga miring. Mengapa? Karena kita baru proses mengenal. Kulakan gula tidak harus 1 karung. Belum habis laku malah sudah dimakan semut semua. Dicoba dulu, stok gula 5 kg,  beras 5 kg, gandum 5 kg, tepung beras 5  kg, dst. Memang sih ujungnya saat dijual terkesan sedikit agak mahal karena kulak kita sedikit. Tidak apa-apa. “Agak mahal” tersebut dapat diatasi dengan kerahaman anda dalam melayani pelanggan. Meski beda Rp 100, tapi pelanggan tetap puas dengan layanan kita.

Keenam, ambillah laba yang wajar. Usaha kelontong itu kompetitornya banyak. Dan anda hanya akan mati kutu jika mengambil laba berlebihan. Ibarat kata kita seperti butiran debu dibanding gundukan pasir yang memiliki modal besar dan bisa menjual dengan harga grosir. Survey harga dulu juga boleh. Kalau di warung A jual mie instan dengan harga Rp 2500, maka paling tidak anda menjualnya dengan harga yang sama. Pastikan anda mendapatkan harga kulak dengan harga di bawah Rp 2500 ya.

Ketujuh, pastikan pelanggan membeli dengan cash. Usaha kelontong ini akan sangat terasa jika ada satu,dua orang yang nge-bon alias hutang. Pasti anda akan kesulitan kulak, padahal stok barang tertentu telah habis.

Kedelapan, sangat disarankan kulak di pasar tradisional atau warung sembako/grosir yang besar. Jangan sekali-kali memiliki pemikiran untuk kulak di Gi*nt, Hyper****, Trans****, Carrefo*r, atau toko swalayan modern yang harganya tidak terjangkau untuk dijual lagi.

Kesembilan, hindari menjual barang yang makruh apalagi haram. Jadi pastikan apa yang anda sediakan di warung adalah barang yang halal. Misal nih, warung kelontong saya sengaja tidak menjual rokok meski kata orang-orang labanya sangat menggiurkan.

Kesepuluh, jadilah warung yang amanah dan jujur sehingga keberkahan warung kelontong tersebut terus mengalir.

Semoga sepuluh tips ini bermanfaat. Silakan mencoba semoga berkah.


Rabu, 28 Februari 2018

Gegara Kucing Lahir di Internit, Saya Call 911 Indonesia (bagian 3)

Ditulis oleh @elliyinayin

Apakah masalah bayi kucing ini telah berakhir? BELUM
Tetangga depan rumah turut saya rempongi karena saya tidak tahu harus membawa kemana dan harus bagaimana terhadap 4 bayi ini. Dan mereka menakut-nakuti saya kalau nanti induknya datang pasti dia bingung dan marah mencari bayinya. Kata petugas bayi ini masih berusia 1,5 bulan dan belum bisa makan. Bayi kucing masih mimik ASI eksklusif dari simboknya. Kalang kabut saya kudu bagaimana.

Tetangga A menyarankan saya agar meletakkan kardus dengan 4 bayi kucing di depan rumah tetangga B yang punya dan suka kucing. Saya pun manut, meski sebenarnya saya kurang setuju karena tetangga B rumahnya sedang kosong, semua sedang kerja dan sekolah. Masak saya menyerahkan kucing tanpa ijin, wagu banget kan... Bodo amat pikir saja asal si bayi tidak di rumah saya. (Jangan dicontoh ya, ini tidak baik).

Hujan deras mengguyur  Solo. Seorang cat lovers menghubungi saya dan memberikan kontak ketua cat lovers solo (Toufik Noval Salim). Ia menyarankan agar saya menghubungi Mas Toufik untuk menyerahkan bayi kucing karena ada yang bersedia adopsi. Legaaaaaaaa sekali hati ini.
Singkat cerita, saya kontak Mas Toufik. Ia menjanjikan akan mengambil di rumah saya pukul 13.00 WIB. Tapi apa yang terjadi??? Mas Toufik belum muncul. Pukul 16.00 WIB tetangga B menyambangi rumah saya. Deg,,saya takut karena merasa bersalah. Ia tidak terima kalau saya meletakkan bayi kucing sembarangan, padahal mereka belum bisa makan. Ya Allah,,,, saya harus bagaimana?

Ngeles pun saya lakukan. “Iya Bu. Saya minta maaf. Ini 30 menit orang yang mau adopsi kucing datang kok,” kata saya merasa bersalah.

16.30 WIB Mas Toufik datang. Dengan lemah lembut ia mengambil bayi kucing. Dengan kardus seadanya ia menutupi dengan plastik dan berpesan kepada saya kalau induknya ketemu tolong kabari. Biarkan induk dan anaknya diadopsi bersama. “Ini bayi kucing masih takut Mbak. Ini kali pertama ia berinteraksi dengan manusia. Ia takut. Ia ingin bersama induknya. Nanti kalau induknya mencari anaknya tidak ketemu, maka ia akan stress dan mati. Seperti seorang ibu yang kehilangan bayinya, biasanya stress berat  Jadi tolong kalau induknya lewat, ditangkap dulu, lalu kabari saya,” jelasnya.

Sumpah saya sangat merasa bersalah saat mendengar kata stress dan mati. Dosa...saya sangat merasa berdosa memisahkan induk dan bayinya. Hiks..hiks..hiks...
Akhir cerita, induk sesekali lewat di depan rumah saya. Tapi tak seorang pun berani menangkapnya. Dan bayi kucing telah hidup layak dengan tenang bersama keluarga barunya.

Jadi, seperti itulah efek nyata media sosial. Perannya sangat luar biasa. Dibully IYA, terbantu juga IYA. Melalui medsos silakan bijak ingin membully atau membantu sesama. Selesai.

proses penyelamatan

proses penyelamatan

akhirnya selamat

bersama Mas Toufik, 4 bayi kucing hidung tenang dan layak

bersama Mas Toufik, 4 bayi kucing hidup bersama keluarga baru, sembari menunggu Ibu yang akan mengadopsi mereka

Selasa, 27 Februari 2018

Gegara Kucing Lahir di Internit, Saya Call 911 Indonesia (bagian 2)

Ditulis oleh @elliyinayin

Dibully di medsos

Inilah kali pertama saya dibully habis-habisan di media sosial gegara kucing. Saya menulis status seperti di bawah ini dengan menggunakan huruf kapital:
Urgent, butuh bantuan ambil dan buang kucing dan anak-anaknya yang baru lahir. Tolooong, gilo banget ki. Lokasi di atas internit gedhek, Ngoresan, Jebres, Solo. WA 085742979600
Apa yang terjadi kurang dari 24 jam?
Notifikasi komentar negatif satu per satu masuk. Yang positif mbelain saya juga ada kok.
Ada yang membuka diri dengan menulis: Kalau mau antar, aku mau nampung mbak
Ada yang menanggapi sangat negatif:
Bisa nggak minta tolongnya lebih sopan dan etis?
Panjenengan itu kuliah di xxxx (dia sebut nama almamater saya) Dalam agama diajarkan juga budi pekerti. Kucing itu binatang yang amat mendapat permisif dalam agama panjenengan. Boleh gilo, tapi tidak usah dikatakan. Kalau panjenengan berani buang anak-anak kucing itu sembarangan dan tidak diserahkan kepada  orang yang bisa merawat kucing itu dengan baik, jenengan berhadapan dengan cat lovers solo.

Ini profilnya, xxxx (dia sebut nama almamater saya). Muslim postingan mintak buangin kucing karena jijik. Gk salah lihat saya...baru ini muslim jijik sama kucing yang pernah jadi kesayangan Nabi. Situ waras??

Dst, masih banyak juga yang negatif. Ada dari orang yang sama, ada pula yang beda orang. Yang jelas komentar negatif berasal dari cat lovers yang mungkin 24 jam bersama hewan kesayangannya dan mereka lupa kalau hidup tak hanya urusan kucing belaka.

Ada pula yang sedikit belain saya:
Ya Allah cats lovers kalau nyakar lebih sakit daripada kucing yang mau di rescue , soalnya yang dicerca pendidikan sama agama cuma gara-gara kalimat yang kurang bisa diterima. Semoga yang posting diberi ketabahan.

Aneh, wong takut (bahasa Jawanya gilo) kok diperpanjang persoalannya ke forum cat lovers. Prasaan si pemosting maunya mencari orang yang mengadopsi kucing (BUKAN membuang) deh, bukankah seharusnya memang begitu?! Masak takut (bahasa Jawanya gilo kok mau dipaksain buat berada di dekat kucing).

Salah satu dari komentar yang bertebaran sangat membantu. Ia benar-benar memberi solusi. Ia menyarankan agar saya menghubungi TIM SAR UNS. Ia juga memberi nomor telponnya sekalian.

Dan komentar yang lain meminta agar saya memberi klarifikasi dari maksud membuang kucing. Akhirnya tanpa berat hati saya pun menulis sebuah pernyataan di bawah status pertama saya. Seperti ini kata-katanya:
Alhamdulillah banyak yang komentar ke status yang ternyata sangat sensitif bagi cat lovers.
Saya secara pribadi minta maaf terkhusus kepada cat lovers, secara umum kepada animal lovers dan sesama manusia. Maaf atas status tersebut.
Tidak ada maksud untuk menghilangkan nyawa para kucing. Saya hanya bermaksud untuk memindahkan dan menawarkan para kucing itu agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Karena saya dan suami tidak mampu dan tidak sanggup merawat mereka. Plus ga punya ilmu merawat mereka.

Sekali lagi tidak ada maksud untuk menghilangkan nyawa mereka ya. Dan para cat lovers tidak tau keadaan dimana para anak kucing itu berada bersama induknya. Saya sudah minta tolong para tetangga dengan baik-baik. Semua menolak. Bahkan saya minta tukang bangunan yang dekat dengan rumah, mengecek posisi kucing pun mereka enggan. Lalu saya nyetatus karena saya cukup putus asa. Eh alhmdulillah pada memberi positif respon.

Ohya please tidak perlu singgung almamater dst, karena ini murni kesalahan kata-kata saya dalam meminta tolong.

Sangat berharap ada yang segera datang kerumah dan merawat mereka dengan lebih layak.


Selang sehari nyetatus dan memberi klarifikasi, esok pukul 07.00 (14/12/2017) saya telpon TIM SAR UNS. Saya menyampaian detail tentang keberadaan bayi kucing. Mereka datang selang 30 menit kemudian.
Luar biasa. Diluar dugaan saya, mereka datang sangat cepat. Meski hanya dua orang, tapi mereka sangat gesit, terampil dan sangat terlatih.

Saya hanya bisa bengong melihat aksi si Mas tersebut yang naik di internit rumah. Ia naik dengan bantuan tangga reot seadanya. Ia katakan kalau total ada 4 kucing dan 1 kucing terjepit di genteng. Tidak mungkin mengambil bayi kucing dari internit. Akhirnya si Mas turun dan mencari alternatif cara lain. Beberapa genteng  dibuka dan akhirnya seluruh kucing terselamatkan. Saya meminta mereka agar membawa bayi kucing. Tapi mereka menolak mentah-mentah. “Tugas kami hanya mengevakuasi nyawanya Bu. Kami tidak bisa membawanya. Jika ingin diberikan ke orang ya silakan. Tapi kami tidak mungkin membantu untuk merawatnya,” jelas petugas. Sebelum mereka berlalu saya segera ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Dengan bantuan TIM SAR UNS saya merasa memiliki 911 di Indonesia. Saya kira ini tidak berlebihan. Disaat anda tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi, eh tiba-tiba solusi tersebut datang, 911 banget kan, he he he...

Bersambung di bagian 3
status saya

status minta maaf sebagai klarifikasi


Mulai membully

Mulai membully

ada juga yang mbelain

komentar solusi

Senin, 26 Februari 2018

Berbahagialah Anda Jika Masih Memiliki Mertua

Bapak Ibu Mertua
Ditulis oleh @elliyinayin

Seharusnya anda bahagia jika masih memiliki mertua. Mertua adalah orang tua back up jika orang tua kandung kita sudah tiada. Bahkan mereka memiliki posisi dan derajat yang sama dengan orang tua kandung kita. Mengapa? Ya karena merekalah yang telah mendidik dan membesarkan pasangan hidup kita. Sayangnya, kita bertemu mertua sudah dalam keadaan tua. Kata orang, mertua/morotuwo adalah mendatangi dalam keadaan tua. Ya kitalah sang anak menantu yang datang kepada beliau dalam keadaan sudah tua.

Sebaliknya jaman sekarang, kita malah sering kali mendengar cekcok antara menantu dan mertua. Mulai dari hal-hal remeh temeh tentang meja makan yang kurang rapi dan bersih hingga urusan tanah yang sering berujung di meja hijau. Kerikil-kerikil perjalanan rumah tangga juga dibumbui dengan kisah campur tangan mertua yang serumah maupun tidak serumah, bisa bapak mertua maupun ibu mertua. Sedih kalau mendengar berita-berita gaduh antara menantu dan mertua.

Saya sangat beruntung dan bahagia memiliki mertua yang luar biasa menaruh amanah kepada anak dan anak mantunya untuk mengelola rumah tangga sendiri. Bahagia, ketika mereka masih senantiasa senang hati memberikan nasihat dan terus mengingatkan dalam banyak hal, terutama kesehatan dan beribadah. Bahagia, ketika mereka malah sengaja mampir menengok kita. Padahal seharusnya kita yang lebih sering-sering jenguk beliau,he he he,,,jadi malu nih. Bahagia, meski saya menemui mereka dalam keadaan renta namun keduanya sehat wal afiyat. Bahagia, ketika keluarga kecil kami hanya mampu memberi sedikit dari apa yang kami punya dan mereka menerima dengan tangan terbuka. Bahagia, ketika melihat senyum mereka bercanda dengan cucu-cucunya. Bahagia, ketika kita masih diberi kesempatan berbakti kepada keduanya (hikss,,,ngetiknya malah sambil mewek)

Kesempatan emas untuk meraih pintu surga katanya dengan berbakti dengan orang tua. Jika orang tua sudah tiada lalu bagaimana? Semoga mertua anda masih ada. Doakan agar mereka selalu diberi umur yang barakah. Berbaktilah kepada mereka. Bahagiakan mereka jika masih ada kesempatan.

Saya meneteskan air mata ketika pertama kali mendengar Waf mengucapkan doa kepada kedua orang tua dengan bahasanya sendiri. Ia ucapkan kalimat di bawah ini dengan lengkap, tapi masih cedal.
Allahummaghfirlii waliwaalidayya warhamhumma kama robbayaani shaghiira. Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Dan sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil.”

Hati saya seketika langsung adem. Kebetulan Waf ngucapin ba’da adzan Magrib. Awalnya saya tidak paham. Lalu saya cermati lagi omongannya. Langsung saya mendekapnya dan meneteskan air mata. Mungkin ia hanya menirukan apa yang disampaikan gurunya di PAUD, tapi ucapan tersebut sangat mengena di hati setiap orang tua.

Jadi mulai sekarang berbahagialah anda jika masih memiliki mertua. Wujudkan bakti kita dengan selalu bersikap baik kepada mereka. Mumpung kita masih ada waktu. Mumpung kita masih sehat. Mumpung mereka masih ada.

Gegara Kucing Lahir di Internit, Saya Call 911 Indonesia (bagian 1)

Ditulis oleh @elliyinayin

Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan betapa kuat peran media sosial di dalam hidup kita serta menunjukkan kepada dunia bahwa tidak semua orang bisa menerima keberadaan hewan piaraan, terkhusus kucing di dalam sebuah rumah. Jadi, saya mohon maaf bagi para cat lovers, agar kalian tidak perlu menghakimi kami sebagai kaum yang tidak sayang hewan. Agar kami juga tidak dihakimi sebagai pembenci hewan kesayangan Baginda Nabi Muhammad SAW.

Umumnya warga baru lebih sering berurusan dengan tetangga. Faktor rasan-rasan membuat kita merasa jadi gimana gitu. Tapi tidak bagi kami. Keluarga saya malah lebih sering berurusan dengan binatang-binatang. Mulai dari rumah semut yang ada dimana-mana (berkali-kali). Ayam tetangga meloncati tembok tinggi rumah bagian belakang (terjadi dua kali). Kotoran ayam tetangga di depan halaman rumah. Tikus dengan aksi luar biasa; nggrogoti beras, gandum, gula, mie, bahkan pintu belakang. Cicak yang dengan semena-mena nangkring di atas nasi panas yang sedang didinginkan, hingga kucing tak bertuan yang lahir di atas internit rumah.  Rasanya kok rumah ini seperti kebun binatang ya... :)

Sebagian orang suka dengan wajah lucu kucing atau biasa disebut dengan cat lovers, sebagian lagi merasa biasa-biasa saja dan sebagian lagi memiliki phobia kucing atau bahasa Jawa lebih akrab dengan istilah gilonan. Dalam konteks ini mungkin saya lebih tepat berada di golongan ketiga, gilonan.
^^^
Awal Desember 2017 ada hal yang janggal di dalam rumah, terkhusus di atas internit. Kecurigaan saya terbukti ketika melihat induk kucing yang tak bertuan perutnya telah mengempis. Artinya ia telah melahirkan sejumlah anak kucing. Saya meyakini bahwa ia telah meletakkan anak-anaknya di atas internit. Hanya kecurigaan-kecurigaan semata. Lalu setiap malam saya mulai mendengar suara bayi kucing, hingga suatu sore yang membuat saya bermuram durja adalah saat ada sesuatu menetes dari internit (catatan: internit gedhek terbuat dari bambu sehingga ada celah). Apa ini? Well well well, pipis anak kucing. Ingin rasanya meneriaki si bayi kucing, tapi itu bakal percuma.

Suami saya yang gilo kucing menyerahkan urusan ini ke saya. Ponakan yang pecinta kucing pun menolak membantu karena medannya tidak memungkinkan bagi dia.

Saya minta tolong kepada tetangga, tak seorang pun bersedia membantu ketika mengetahui posisinya. Saya minta bantuan kepada tukang bangunan yang ada di depan rumah, mereka juga menolak setelah saya beri keterangan dimana posisi bayi kucing berada. Apa yang harus saya lakukan? Kami mulai risih dengan suara krusek krusek dan bau tak sedap di bawah pintu masuk.

Tak habis akal. Saya nekad menuliskan status di Facebook untuk mencari bantuan. Di luar dugaan, status saya dibaca oleh para cat lovers solo (karena memang di share oleh teman agar segera mendapat bantuan). Di dalam kolom komentar, saya di bully habis-habisan.

Bersambung di bagian 2


The Real Tayo and Thomas, Mengajak Waf Naik Bus dan Kereta Api

Ditulis oleh: @elliyinayin

Public transportation is so much fun itulah konsep yang ingin saya tanamkan ke Wafa tentang transportasi umum.
Kereta Thomas

Bus Tayo
Anak siapa yang tidak mengenal bus Tayo dan kereta api Thomas? Jamak anak mengenal film kartun dengan peran utama Tayo si bus kecil ramah dan kereta api Thomas yang senang membantu. Karena hampir setiap hari Waf menonton Tayo (di TV) dan Thomas and his friends (di laptop) maka saya pun menjadi hapal seluruh soundtracknya baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris. Meskipun sebenarnya saya ingin menonton acara gosip, berita, atau sinetron (duh...ketahuan jiwa emak-emak nih) tapi saya ngalah demi tontonan yang sehat untuk anak.

Waf memang lebih sering naik motor (karena itu yang kami miliki) dan jarang naik mobil sehingga setiap kali diajak main sama budhe/pakdhe/ saudara lain dengan mengendarai mobil dipastikan Waf akan muntah beberapa kali di mobil. Usut punya usut, ternyata dia tidak kuat dengan AC. Jadi begitu terkena dingin AC maka perutnya langsung kembung dan berakibat muntah.

Keadaan sangat berbeda saat ia berada di Kelompok Bermain (KB) A Permata Hati Jebres Surakarta. Hampir setiap bulan ada kegiatan outing class yang mengharuskan ia berangkat dari sekolah menuju lokasi dengan menggunakan mobil, mini bus, atau bus. Kata Bu Yani, guru kelasnya, Waf sama sekali tidak nampak mual. Ia sangat semangat untuk naik bus, lagi dan lagi. Mabuk dan muntah pun tidak terjadi lagi.

Pasca pengambilan Laporan Perkembangan Anak Didik (LPAD) atau lebih sering dikenal dengan rapotan atau raport , saya terlanjur menjanjikan dia untuk naik Tayo (Bus Batik Solo Trans/BST). Meskipun tampak kurang fit pada hari tersebut, saya tetap memenuhi janji. Saya titipkan sepeda motor di sekolah Waf. Kemudian saya berjalan menuju halte terdekat. Saya yang buta rute bus kota berusaha mencari informasi. Ternyata tiket hanya seharga Rp 4.500 dan saya bisa berkeliling kota Solo hingga sampai Bandara Internasional Adi Soemarmo. Saya pun memilih rute kota. Waf sangat sabar menanti BST rute kota. Dia tampak begitu excited meskipun terlihat kurang sehat.

Sabar menanti BST
Tiket BST hanya Rp 4.500

Sengaja memilih kursi paling depan
Memilih tempat duduk paling depan agar dekat sopir bus adalah target saya. Tujuannya sederhana, agar ia dapat melihat Pak Sopir yang sedang menyetir serta menikmati suasana jalan dan tentunya menghindari mual. Saya pribadi masih harap-harap cemas soal kebiasaan mual dan muntah Waf saat berkendara. Berkeliling kota tanpa tujuan ternyata asyik juga. Saya hanya ikuti rute bus hingga berhenti di Halte Solo Grand Mall. Jauh, lebih dari 30 menit kami di dalam bus. Sepanjang perjalanan, ia diam, sembari ngomong berulang kali, “Naik Tayo ya Bu.” Itulah pengalaman perdana Waf naik bus kota bersama saya.



Otw Gembira Loka Zoo
Esoknya, ia minta naik Tayo lagi. Hal itu tidak mungkin saya penuhi. Lalu saya dan Bapaknya Waf menjanjikan liburan akhir tahun ke Gembira Loka Zoo di Yogyakarta dengan menaiki bus dan kereta api. Rasanya seperti backpacker bersama balita. Kami hanya bertiga. Berangkat menuju terminal Tirtonadi lalu naik Bus Mira ke arah Yogyakarta dan turun di Bandara Adi Sucipto. Kemudian oper dengan Bus Trans Jogja dari Maguwo sampai dengan depan Gembira Loka Zoo. Lima jam kami berada di kebun binatang. Puas, Waf sangat puas. Kami istirahat sejenak di masjid di luar kebun binatang, mandi, sholat, makan malam, lalu menuju ke Stasiun Maguwo.

Di stasiun ia melihat kereta api lalu lalang. Ia melihat Thomas dan Teman yang sesungguhnya. Kereta api Prameks jam terakhir maka otomatis seluruh kursi penuh. Saya menyuruh Waf agar duduk di bawah bersama saya. Di kereta api, dia tidak tidur sama sekali. Sesekali terlihat menguap dan mengantuk tapi ia bertahan menikmati laju Prameks ke arah Solo. Dia dipangku Bapaknya, sedangkan saya tak kuat menahan letih dan kantuk. Sepanjang perjalanan ia ceriwis terus, ngomong dan nyanyi terus menerus membuat mata khalayak tertuju kepada kami. Inilah konsekuensi memiliki anak kreatif dan memiliki rasa penasaran yang tinggi. Dinikmati saja kali ya, meski mulut kami berdua terkadang capek harus merespon setiap yang ia tanyakan dan ia komentari.

Hingga tiba di rumah, mabok dan muntah yang kami khawatirkan sama sekali tidak terjadi. Sepertinya rasa senang membuat ia lupa semuanya. Mengajak Waf melakukan perjalanan dengan angkutan umum merupakan salah satu cara yang ampuh untuk membiasakan dia berkendara selain motor pribadi dan tentunya melatih agar tidak mabuk-an. Saya sengaja mengajarkan dia naik angkutan umum sebelum dia tahu/sadar bahwa umumnya orang  menganggap naik public transportation  di Indonesia sebagai sesuatu yang “rendah”. Sedikit tips orang tua saya, kalau bepergian pusarnya ditutup koyok Salon Pas biar hangat terus.  Hal ini pun saya terapkan ke Wafa, hehe...Setidaknya membantu menghangatkan perut sekaligus mengurangi perut kembung.

Sebelum naik kereta Prameks dari Stasiun Maguwo ke Stasiun Balapan, sebenarnya Waf sudah pernah naik kereta api. Saat itu, kami sekeluarga penasaran dengan kereta api Werkudara yang merupakan kereta wisata dengan tujuan Stasiun Wonogiri. Waf pun kami ajak, meski saya merasa ini terlalu dini bagi Waf untuk diajak “dolan” ke Waduk Gajah Mungkur, tapi ya sudahlah jalan aja, bismillah sehat.

Waf juga sudah sempat menaiki kereta api Prameks arah Kutoarjo saat kami ada acara di rumah saudara. Ia pun menikmati semuanya. Sayangnya saat moment naik kereta api Werkudara dan Prameks Kutoarjo ia sama sekali belum mengerti apa itu “naik kereta api”.

Saya suka sekali dengan slogan BST, "Ayo naik bus, biar nggak macet". Pokok e using public transportation is so much fun ya Waf. Murah meriah, bersih, nggak capek, nggak panas, dan mengurangi kemacetan. Setiap kali macet maka saya katakan ke Waf, "Si Komo lagi lewat Waf." Ia pun akan bernyanyi Si Komo sampai usai.

Minggu, 25 Februari 2018

Sering-seringlah memberi tips kepada pelayan: 10 Hari Menjadi Pelayan Restoran (Bagian 2)


Ditulis oleh @elliyinayin

Pagi-pagi datang kira-kira pukul 07.30 WIB, saya harus sudah mulai melipat tissu, menata kursi dan memastikan meja sudah bersih. Menyapu jika ada sedikit kotoran yang jatuh. Membersihkan wastafel jika tampak sedikit sisa makanan yang berceceran. Pekerjaan itu tidak saya lakukan sendiri, namun ada beberapa partner. Kalau sedang sepi pelanggan pada jam-jam tertentu, maka saya dituntut untuk kreatif dan peka melihat pekerjaan teman yang mana yang perlu dibantu.

Saya ingat sekali saat di lantai dua akan ada sebuah pesta pernikahan. Seharian saya mengelap piring, lepek, sendok, garpu dan segala alat yang akan digunakan. Bisa kalian bayangkan betapa tangan ini sakit seharian mengelap barang-barang tersebut. Lebih berat lagi dan tidak tega saat saya mengetahui teman-teman saya yang laki-laki diminta bos untuk memasukkan dan mengeluarkan kembali kursi-kursi yang akan dipakai. Apa yang saya lap, kira-kira berjumlah 200 s/d 300 pcs untuk satu jenis alat, jadi bisa dikalikan sendiri. Dan pekerjaan itu akan terulang kembali jika keesokan harinya ada pesanan lagi. Saat mengelap sudah usai, maka keringat pun bercucuran, ehh ini beneran lho J Oh tidak, tentu saya harus membantu teman saya yang lain untuk menata meja lalu menutupinya dengan kain yang telah disiapkan lalu memasangnya dengan paku pines. Ups, ini benar-benar membuat saya mengucurkan air mata, karena sangat sulit bagi saya yang tidak punya kuku panjang dan tidak ada bantuan alat dalam memasang dan melepas paku pines. Ujung kuku saya selalu merah dan hampir berdarah sedangkan telapak tangan saya, ya gitu deh rasanya. Sakit lagi, saat teman laki-laki mengatakan, “Manja banget sih Mbak, gitu aja ga bisa.”

Tidak berhenti sampai disitu. Sebelum mempelai datang, ada seorang teman lagi yang bertugas untuk memastikan bahwa ada sekelompok yang lain yang telah menata, mulai dari membuat teh, menata gelas untuk dituangi minuman karbonasi dan air mineral, memastikan dekorasi sudah tertata rapi, meja sudah tercover sesuai pesanan, snack jumlahnya tidak kurang, hingga main course yang tidak basi.

Well, saat acara berlangsung, saya dipercaya untuk menuangkan spirtus dan membawa korek api untuk dinyalakan saat nasi, lauk, sup dituang dalam wadah. Bagi saya itu sebuah kehormatan, mengingat spirtus dan korek api adalah kombinasi yang sangat berbahaya. Bayangkan saja, jika saya menaruh dendam dengan Bu dan Pak Bos, tentu saja dengan mudah saya membakar resto dan tempat tinggalnya. Hehehe… tapi itu tentu tidak akan saya lakukan. Saya masih waras J

Saat pesta ala prasmanan, maka saya harus segera membersihkan segala gelas, piring, mangkuk yang diletakkan para tamu secara sembarangan. Namun, jika pesta ala piring terbang alias bukan prasmanan, maka saya dan kawan-kawan harus bekerja extra keras, gerak cepat untuk “melemparkan” piring-piring tersebut ke para hadirin sekaligus menarik piring kotor yang ada di bawah kursi para tamu. Capek? TENTU. Berkeringat? SANGAT. Pekerjaan sebagai pramusaji itu sangat multitasking dan menguras tenaga. Selain kerja fisik, anda juga dituntut untuk selalu senyum kepada para customer. Kami pun tidak boleh saling iri, antara yang kerja di tempat dingin (area makan dan pelayanan) dan di tempat panas (area teman-teman yang masak di dapur).

Apakah saat para tamu yang hadir di pernikahan mulai pulang, maka pekerjaan kami juga usai? TENTU TIDAK. Kami masih harus membuang sisa makanan tamu, mengumpulkan semua piring, gelas, sendok, garpu dan semuanya. Menumpuk kursi dan memasukkannya di gudang, menggulung karpet merah. Mengembalikan panci-panci yang menu nya kami pesan dari luar serta mengepel seluruh ruangan.

Saat itu, saya mengenal seorang perempuan yang usianya sekitar 35 sd 40 an. Saya tidak mengetahui namanya. Yang saya tahu, jobdesnya dari pukul 7 pagi hingga 9 malam hanyalah mencuci piring, gelas dan segalanya. Saya sempat shocked saat mengetahui, dia adalah satu-satunya tukang cuci di resto tersebut.

Jadi, teman-teman bisa membayangkan, dibalik usaha kuliner/resto yang sukses, ada seorang pramusaji, tukang cuci piring, tukang angkat-angkat kursi, sopir yang siap sedia mengantarkan alat dan makanan ke spot yang akan dituju dan segala hal yang mendukungnya untuk sukses. Mereka semua bekerja tulus ikhlas demi rizki yang halal. Namun, seringkali seorang customer membutakan diri akan sebuah behind the scene sehingga makanan tersaji di meja.

Kami lebih sering menerima keluhan dibanding pujian. Tips pun tak seberapa dan jarang. Di resto tempat saya bekerja, uang tips akan dikumpulkan oleh bagian kasir sebagai celengan seluruh karyawan. Tujuannya jika sewaktu-waktu ada piring, gelas, atau apapun yang pecah karena kesalahan kita, maka uang tersebut digunakan untuk menggantinya. Sadis abis.

Melalui tulisan di atas, penulis berharap agar para konsumen lebih bijak serta bisa belajar menghargai waiter/waitress/servant/pelayan/pramusaji restoran ya. Upah kami tak seberapa dari sang juragan. Jadi sering-seringlah memberi uang tips agar kami juga semangat melayani anda J.

Ulun Bangga Memanggil Pian-Abah Mamak



foto abah mama edit
Abah (alm), saya, Mamak. Wisuda IAIN Surakarta 22 September 2012
Ditulis oleh @elliyinayin

Tulisan ini tidak ada maksud SARA. Hanya untuk sekedar mengenalkan identitas diri yang sering dipertanyakan oleh kanan kiri.



Tentu tak banyak anak yang mempertanyakan hal sepele mengapa kami memanggil orang tua dengan sebutan yang berbeda-beda. Ada yang memanggil dengan Bapak Ibu, Papa Mama, Abi Umi, Babe Enyak, Abah Umi, Pipi Mimi, Mama Mimi, Bapa Biyung, Daddy Mommy, dst. Apakah hal di atas hanya semata-mata kesewenangan orang tua ingin dipanggil si anak dengan sebutan apa?

Saya (+-2 tahun) digendong Abah

Ah... saya meragukan hal tersebut. Jika itu hanya kesewenangan orang tua atau sekedar kebiasaan di daerah tertentu dimana orang tua tinggal dan si anak dibesarkan, mengapa saya tak pernah bisa menjawab pertanyaan teman sekolah hingga saya kuliah? Pertanyaan sangat sederhana mengapa saya memanggil Abah Mamak, bukan panggilan sewajarnya di lingkungan sekolah saya seperti Bapak Ibu.

Tidak hanya teman sekolah, guru sekolah pun banyak yang bertanya. Mengapa saya tidak menggunakan istilah Abah Umi atau Abi Umi seperti orang keturunan Arab. Mengapa juga bukan Bapak Ibu atau Ayah Ibu seperti teman-teman sekolah yang lain yang asli Jawa? Semakin saya merasa aneh yaitu ketika masuk sekolah pasca liburan. Saya bercerita ke teman bahwa saya berlibur di rumah Ninik dan Kaik di Pasuruan. Teman saya malah bertanya, “Ninik itu siapa?”. Lalu saya jawab, “Ninik ya Ninik. Masak kamu nggak punya Ninik?” Itu jawaban saya saat masih kelas 1 SD. Karena pemikiran bahwa semua teman juga memanggil Ninik dan Kaik untuk sebutan Nenek dan Kakek. Sayangnya, saya sama sekali kami tidak pernah mendapat penjelasan di rumah terkait hal-hal di atas. Bahkan soal istilah makanan saja, terkadang saya dengan teman kuliah menjadi berselisih. Saya mengatakan bahwa ini paes pisang, sedangkan teman ngotot bahwa ini namanya nogosari. Eh, tenyata dua istilah itu mengacu pada jajanan yang sama.

Hingga suatu saat di usia 25, saya mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama. Saya bertemu banyak teman dari berbagai daerah di Nusantara. Salah satunya adalah Kak Tara yang bernama lengkap Siti Tarawiyah. Dia asli Banjarmasin. Dia bukan roomate saya ketika di asrama. Kebetulan saja saya sedang mampir di kamarnya dan mendengarkan dia telpon dengan anaknya. Di kamar itulah saya mencuri dengar istilah-istilah Abah Mamak, Kaik Ninik, guring, dst. Lalu saya sampaikan ke Kak Tara bahwa sejak kecil saya juga memanggil demikian namun kami tidak berlogat Banjarmasin. Untuk Paman, saya gunakan kata “Bah” yang berasal dari kata “Abah”. “Mak” dari kata “Mamak” untuk istilah tante. Saya juga masih menggunakan istilah Acil, Julag, Ulun, Pian, dan Ikam. Tidak hanya itu, jajanan sehari-hari saya masih sangat dekat dengan amparantatak, sarimuka, paes pisang (nogosari), pepesan, cucur, cincin, bingka pisang, dan bingka kentang. Masakan pun, saya masih menggunakan istilah Masak Habang untuk sejenis Rendang, Soto Banjar, Masak Ayam Kuning, Sate Banjar, dst. Saya bertanya ke Kak Tara. “Kak, mengapa saya memanggil Abah Mamak?” Lalu Kak Tara menjawab,”Ya karena kamu orang  Kalimantan, Banjarmasin Yin....”. Dengan intonasi bicara Kak Tara yang khas. “Kalau orang Banjarmasin, ya pasti manggilnya Abah Mamak,” sambungnya.



Saya memang pernah mendengar sekilas tentang perantauan orang Banjarmasin terkhusus Martapura yang menjadi pusat intan berlian. Mereka sengaja merantau jauh-jauh ke Jawa untuk berdagang intan permata, salah satunya di daerah Jayengan, Serengan. Entahlah kapan itu terjadi. Meski Ninik Kaik saya baik dari pihak Abah maupun Mamak memang lahir di Banjarmasin tapi Abah Mamak sudah lahir dan besar di Solo tepatnya Jayengan. Kakak saya nomor 1,2,3 sudah pernah diajak ke Martapura untuk silaturahmi ke para sesepuh. Tapi saya, kakak ke 4 dan 5 belum pernah diajak kesana.

Kampung Jayengan yang berada di Kecamatan Serengan, Kota Surakarta, dulu banyak didominasi orang asli Banjarmasin. Mereka semua masih berbicara dengan Bahasa Banjar dan logat Banjarmasin yang sangat kental. Warung Banjar yang menyediakan berbagai makanan khas Banjar juga masih beroperasi hingga sekarang. Seiring berjalannya waktu, asimilasi dan akulturasi terjadi. Dulu, pemikiran orang lama harus menikahkan anak dengan sesama yang masih asli berdarah Banjarmasin. Tapi pemikiran di atas lama-lama tidak relevan. Jawa dan Banjarmasin pun berkolaborasi. Banyak dari mereka yang bersatu melalui pernikahan. Sehingga anak turunnya sudah bercampur Jawa-Banjar, seperti nasib anak saya, hehehehe...Kami pun juga mengadaptasi istilah, yang dulunya saya memanggil Ninik Kaik, kini anak saya memanggil Nenek-Kaik.



Pernah suatu saat saya makan di warung Banjar dengan menu favorit yaitu Soto Banjar. Sebelah saya Bapak-bapak. Saya tahu kalau dia tinggal di kampung sebelah. Namun saya tidak tahu namanya. Saya ngobrol dengan calon suami dengan menggunakan aku-kamu. Bapak tersebut lalu menanyakan dimana saya tinggal dan siapa nama Bapak saya. Lalu ia mengatakan, “Kalau bukan orang Banjar, nggak mungkin makan disini. Oalah ikam anaknya Bah xxx to?”. Saya jawab, “Nggih.” Ia pun melanjutkan dengan kata-kata yang menohok, “Nggak usah pakai aku-kamu, kayak artis di TV saja. Pakailah Ulun atau Sorong. Nanti tak laporin Abah kamu lho.”

Semenjak ketemu Kak Tara, saya sadar dan bangga ketika menyebut istilah Abah Mamak di depan orang lain. Meski teman saya mayoritas orang Jawa, tapi itu bukanlah alasan untuk mengganti Abah Mamak menjadi Bapak Ibu di depan mereka.