Ditulis oleh: @elliyinayin
Public transportation is so much fun itulah konsep yang ingin saya tanamkan ke Wafa tentang transportasi umum.
|
Kereta Thomas |
|
Bus Tayo |
Anak siapa yang tidak mengenal bus Tayo dan kereta api Thomas? Jamak anak mengenal film kartun dengan peran utama Tayo si bus kecil ramah dan kereta api Thomas yang senang membantu. Karena hampir setiap hari Waf menonton Tayo (di TV) dan Thomas and his friends (di laptop) maka saya pun menjadi hapal seluruh soundtracknya baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris. Meskipun sebenarnya saya ingin menonton acara gosip, berita, atau sinetron (duh...ketahuan jiwa emak-emak nih) tapi saya ngalah demi tontonan yang sehat untuk anak.
Waf memang lebih sering naik motor (karena itu yang kami miliki) dan jarang naik mobil sehingga setiap kali diajak main sama budhe/pakdhe/ saudara lain dengan mengendarai mobil dipastikan Waf akan muntah beberapa kali di mobil. Usut punya usut, ternyata dia tidak kuat dengan AC. Jadi begitu terkena dingin AC maka perutnya langsung kembung dan berakibat muntah.
Keadaan sangat berbeda saat ia berada di Kelompok Bermain (KB) A Permata Hati Jebres Surakarta. Hampir setiap bulan ada kegiatan outing class yang mengharuskan ia berangkat dari sekolah menuju lokasi dengan menggunakan mobil, mini bus, atau bus. Kata Bu Yani, guru kelasnya, Waf sama sekali tidak nampak mual. Ia sangat semangat untuk naik bus, lagi dan lagi. Mabuk dan muntah pun tidak terjadi lagi.
Pasca pengambilan Laporan Perkembangan Anak Didik (LPAD) atau lebih sering dikenal dengan rapotan atau raport , saya terlanjur menjanjikan dia untuk naik Tayo (Bus Batik Solo Trans/BST). Meskipun tampak kurang fit pada hari tersebut, saya tetap memenuhi janji. Saya titipkan sepeda motor di sekolah Waf. Kemudian saya berjalan menuju halte terdekat. Saya yang buta rute bus kota berusaha mencari informasi. Ternyata tiket hanya seharga Rp 4.500 dan saya bisa berkeliling kota Solo hingga sampai Bandara Internasional Adi Soemarmo. Saya pun memilih rute kota. Waf sangat sabar menanti BST rute kota. Dia tampak begitu excited meskipun terlihat kurang sehat.
|
Sabar menanti BST |
|
Tiket BST hanya Rp 4.500 |
|
Sengaja memilih kursi paling depan |
Memilih tempat duduk paling depan agar dekat sopir bus adalah target saya. Tujuannya sederhana, agar ia dapat melihat Pak Sopir yang sedang menyetir serta menikmati suasana jalan dan tentunya menghindari mual. Saya pribadi masih harap-harap cemas soal kebiasaan mual dan muntah Waf saat berkendara. Berkeliling kota tanpa tujuan ternyata asyik juga. Saya hanya ikuti rute bus hingga berhenti di Halte Solo Grand Mall. Jauh, lebih dari 30 menit kami di dalam bus. Sepanjang perjalanan, ia diam, sembari ngomong berulang kali, “Naik Tayo ya Bu.” Itulah pengalaman perdana Waf naik bus kota bersama saya.
|
Otw Gembira Loka Zoo |
Esoknya, ia minta naik Tayo lagi. Hal itu tidak mungkin saya penuhi. Lalu saya dan Bapaknya Waf menjanjikan liburan akhir tahun ke Gembira Loka Zoo di Yogyakarta dengan menaiki bus dan kereta api. Rasanya seperti backpacker bersama balita. Kami hanya bertiga. Berangkat menuju terminal Tirtonadi lalu naik Bus Mira ke arah Yogyakarta dan turun di Bandara Adi Sucipto. Kemudian oper dengan Bus Trans Jogja dari Maguwo sampai dengan depan Gembira Loka Zoo. Lima jam kami berada di kebun binatang. Puas, Waf sangat puas. Kami istirahat sejenak di masjid di luar kebun binatang, mandi, sholat, makan malam, lalu menuju ke Stasiun Maguwo.
Di stasiun ia melihat kereta api lalu lalang. Ia melihat Thomas dan Teman yang sesungguhnya. Kereta api Prameks jam terakhir maka otomatis seluruh kursi penuh. Saya menyuruh Waf agar duduk di bawah bersama saya. Di kereta api, dia tidak tidur sama sekali. Sesekali terlihat menguap dan mengantuk tapi ia bertahan menikmati laju Prameks ke arah Solo. Dia dipangku Bapaknya, sedangkan saya tak kuat menahan letih dan kantuk. Sepanjang perjalanan ia ceriwis terus, ngomong dan nyanyi terus menerus membuat mata khalayak tertuju kepada kami. Inilah konsekuensi memiliki anak kreatif dan memiliki rasa penasaran yang tinggi. Dinikmati saja kali ya, meski mulut kami berdua terkadang capek harus merespon setiap yang ia tanyakan dan ia komentari.
Hingga tiba di rumah, mabok dan muntah yang kami khawatirkan sama sekali tidak terjadi. Sepertinya rasa senang membuat ia lupa semuanya. Mengajak Waf melakukan perjalanan dengan angkutan umum merupakan salah satu cara yang ampuh untuk membiasakan dia berkendara selain motor pribadi dan tentunya melatih agar tidak mabuk-an. Saya sengaja mengajarkan dia naik angkutan umum sebelum dia tahu/sadar bahwa umumnya orang menganggap naik public transportation di Indonesia sebagai sesuatu yang “rendah”. Sedikit tips orang tua saya, kalau bepergian pusarnya ditutup koyok Salon Pas biar hangat terus. Hal ini pun saya terapkan ke Wafa, hehe...Setidaknya membantu menghangatkan perut sekaligus mengurangi perut kembung.
Sebelum naik kereta Prameks dari Stasiun Maguwo ke Stasiun Balapan, sebenarnya Waf sudah pernah naik kereta api. Saat itu, kami sekeluarga penasaran dengan kereta api Werkudara yang merupakan kereta wisata dengan tujuan Stasiun Wonogiri. Waf pun kami ajak, meski saya merasa ini terlalu dini bagi Waf untuk diajak “dolan” ke Waduk Gajah Mungkur, tapi ya sudahlah jalan aja, bismillah sehat.
Waf juga sudah sempat menaiki kereta api Prameks arah Kutoarjo saat kami ada acara di rumah saudara. Ia pun menikmati semuanya. Sayangnya saat moment naik kereta api Werkudara dan Prameks Kutoarjo ia sama sekali belum mengerti apa itu “naik kereta api”.
Saya suka sekali dengan slogan BST, "Ayo naik bus, biar nggak macet". Pokok e using public transportation is so much fun ya Waf. Murah meriah, bersih, nggak capek, nggak panas, dan mengurangi kemacetan. Setiap kali macet maka saya katakan ke Waf, "Si Komo lagi lewat Waf." Ia pun akan bernyanyi Si Komo sampai usai.
Good
BalasHapus