Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan betapa kuat peran media sosial
di dalam hidup kita serta menunjukkan kepada dunia bahwa tidak semua orang bisa
menerima keberadaan hewan piaraan, terkhusus kucing di dalam sebuah rumah.
Jadi, saya mohon maaf bagi para cat lovers, agar kalian tidak perlu menghakimi
kami sebagai kaum yang tidak sayang hewan. Agar kami juga tidak dihakimi
sebagai pembenci hewan kesayangan Baginda Nabi Muhammad SAW.
Umumnya warga baru lebih sering berurusan dengan tetangga.
Faktor rasan-rasan membuat kita merasa jadi gimana gitu. Tapi tidak bagi kami.
Keluarga saya malah lebih sering berurusan dengan binatang-binatang. Mulai dari
rumah semut yang ada dimana-mana (berkali-kali). Ayam tetangga meloncati tembok
tinggi rumah bagian belakang (terjadi dua kali). Kotoran ayam tetangga di depan
halaman rumah. Tikus dengan aksi luar biasa; nggrogoti beras, gandum, gula,
mie, bahkan pintu belakang. Cicak yang dengan semena-mena nangkring di atas
nasi panas yang sedang didinginkan, hingga kucing tak bertuan yang lahir di
atas internit rumah. Rasanya kok rumah ini
seperti kebun binatang ya... :)
Sebagian orang suka dengan wajah lucu kucing atau biasa
disebut dengan cat lovers, sebagian
lagi merasa biasa-biasa saja dan sebagian lagi memiliki phobia kucing atau bahasa Jawa lebih akrab dengan istilah gilonan. Dalam konteks ini mungkin saya
lebih tepat berada di golongan ketiga, gilonan.
^^^
Awal Desember 2017 ada hal yang janggal di dalam rumah,
terkhusus di atas internit. Kecurigaan saya terbukti ketika melihat induk
kucing yang tak bertuan perutnya telah mengempis. Artinya ia telah melahirkan
sejumlah anak kucing. Saya meyakini bahwa ia telah meletakkan anak-anaknya di
atas internit. Hanya kecurigaan-kecurigaan semata. Lalu setiap malam saya mulai
mendengar suara bayi kucing, hingga suatu sore yang membuat saya bermuram durja
adalah saat ada sesuatu menetes dari internit (catatan: internit gedhek terbuat
dari bambu sehingga ada celah). Apa ini?
Well well well, pipis anak kucing. Ingin rasanya meneriaki si bayi kucing,
tapi itu bakal percuma.
Suami saya yang gilo
kucing menyerahkan urusan ini ke saya. Ponakan yang pecinta kucing pun menolak
membantu karena medannya tidak memungkinkan bagi dia.
Saya minta tolong kepada tetangga, tak seorang pun bersedia
membantu ketika mengetahui posisinya. Saya minta bantuan kepada tukang bangunan
yang ada di depan rumah, mereka juga menolak setelah saya beri keterangan
dimana posisi bayi kucing berada. Apa yang harus saya lakukan? Kami mulai risih
dengan suara krusek krusek dan bau
tak sedap di bawah pintu masuk.
Tak habis akal. Saya nekad menuliskan status di Facebook
untuk mencari bantuan. Di luar dugaan, status saya dibaca oleh para cat lovers solo (karena memang di share
oleh teman agar segera mendapat bantuan). Di dalam kolom komentar, saya di
bully habis-habisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar