Dibully di medsos
Inilah kali pertama saya dibully habis-habisan di media
sosial gegara kucing. Saya menulis status seperti di bawah ini dengan
menggunakan huruf kapital:
Urgent, butuh bantuan ambil dan buang kucing dan anak-anaknya yang baru
lahir. Tolooong, gilo banget ki. Lokasi di atas internit gedhek, Ngoresan,
Jebres, Solo. WA 085742979600
Apa yang terjadi kurang dari 24 jam?
Notifikasi komentar negatif satu per satu masuk. Yang
positif mbelain saya juga ada kok.
Ada yang membuka diri dengan menulis: Kalau mau antar, aku mau nampung mbak
Ada yang menanggapi sangat negatif:
Bisa nggak minta tolongnya lebih sopan dan etis?
Panjenengan
itu kuliah di xxxx (dia sebut nama almamater saya) Dalam agama diajarkan juga
budi pekerti. Kucing itu binatang yang amat mendapat permisif dalam agama
panjenengan. Boleh gilo, tapi tidak usah dikatakan. Kalau panjenengan berani
buang anak-anak kucing itu sembarangan dan tidak diserahkan kepada orang yang bisa merawat kucing itu dengan
baik, jenengan berhadapan dengan cat lovers solo.
Ini
profilnya, xxxx (dia sebut nama almamater saya). Muslim postingan mintak
buangin kucing karena jijik. Gk salah lihat saya...baru ini muslim jijik sama
kucing yang pernah jadi kesayangan Nabi. Situ waras??
Dst, masih banyak juga yang negatif. Ada dari orang yang
sama, ada pula yang beda orang. Yang jelas komentar negatif berasal dari cat
lovers yang mungkin 24 jam bersama hewan kesayangannya dan mereka lupa kalau
hidup tak hanya urusan kucing belaka.
Ada pula yang sedikit belain saya:
Ya Allah
cats lovers kalau nyakar lebih sakit daripada kucing yang mau di rescue ,
soalnya yang dicerca pendidikan sama agama cuma gara-gara kalimat yang kurang
bisa diterima. Semoga yang posting diberi ketabahan.
Aneh, wong
takut (bahasa Jawanya gilo) kok diperpanjang persoalannya ke forum cat lovers.
Prasaan si pemosting maunya mencari orang yang mengadopsi kucing (BUKAN
membuang) deh, bukankah seharusnya memang begitu?! Masak takut (bahasa Jawanya
gilo kok mau dipaksain buat berada di dekat kucing).
Salah satu dari komentar yang bertebaran sangat membantu. Ia
benar-benar memberi solusi. Ia menyarankan agar saya menghubungi TIM SAR UNS.
Ia juga memberi nomor telponnya sekalian.
Dan komentar yang lain meminta agar saya memberi klarifikasi
dari maksud membuang kucing. Akhirnya tanpa berat hati saya pun menulis sebuah
pernyataan di bawah status pertama saya. Seperti ini kata-katanya:
Alhamdulillah
banyak yang komentar ke status yang ternyata sangat sensitif bagi cat lovers.
Saya
secara pribadi minta maaf terkhusus kepada cat lovers, secara umum kepada
animal lovers dan sesama manusia. Maaf atas status tersebut.
Tidak
ada maksud untuk menghilangkan nyawa para kucing. Saya hanya bermaksud untuk
memindahkan dan menawarkan para kucing itu agar mendapatkan kehidupan yang
lebih layak. Karena saya dan suami tidak mampu dan tidak sanggup merawat
mereka. Plus ga punya ilmu merawat mereka.
Sekali
lagi tidak ada maksud untuk menghilangkan nyawa mereka ya. Dan para cat lovers
tidak tau keadaan dimana para anak kucing itu berada bersama induknya. Saya
sudah minta tolong para tetangga dengan baik-baik. Semua menolak. Bahkan saya
minta tukang bangunan yang dekat dengan rumah, mengecek posisi kucing pun
mereka enggan. Lalu saya nyetatus karena saya cukup putus asa. Eh alhmdulillah
pada memberi positif respon.
Ohya
please tidak perlu singgung almamater dst, karena ini murni kesalahan kata-kata
saya dalam meminta tolong.
Sangat
berharap ada yang segera datang kerumah dan merawat mereka dengan lebih layak.
Selang sehari nyetatus dan memberi klarifikasi, esok pukul
07.00 (14/12/2017) saya telpon TIM SAR UNS. Saya menyampaian detail tentang
keberadaan bayi kucing. Mereka datang selang 30 menit kemudian.
Luar biasa. Diluar dugaan saya, mereka datang sangat cepat.
Meski hanya dua orang, tapi mereka sangat gesit, terampil dan sangat terlatih.
Saya hanya bisa bengong melihat aksi si Mas tersebut yang
naik di internit rumah. Ia naik dengan bantuan tangga reot seadanya. Ia katakan
kalau total ada 4 kucing dan 1 kucing terjepit di genteng. Tidak mungkin
mengambil bayi kucing dari internit. Akhirnya si Mas turun dan mencari
alternatif cara lain. Beberapa genteng
dibuka dan akhirnya seluruh kucing terselamatkan. Saya meminta mereka
agar membawa bayi kucing. Tapi mereka menolak mentah-mentah. “Tugas kami hanya
mengevakuasi nyawanya Bu. Kami tidak bisa membawanya. Jika ingin diberikan ke
orang ya silakan. Tapi kami tidak mungkin membantu untuk merawatnya,” jelas
petugas. Sebelum mereka berlalu saya segera ucapkan terima kasih
sebanyak-banyaknya. Dengan bantuan TIM SAR UNS saya merasa memiliki 911 di
Indonesia. Saya kira ini tidak berlebihan. Disaat anda tidak tahu harus meminta
tolong kepada siapa lagi, eh tiba-tiba solusi tersebut datang, 911 banget kan,
he he he...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar