Selasa, 13 Februari 2018

Asi itu Murah, Benarkah?

Ditulis oleh: @elliyinayin

"Mengapa repot-repot pumping ASI, El?” tanya seorang teman kantor.

Saya diam tidak merespon.

“Kerja kok nggak kuat beli susu formula. Gajimu untuk apa?” sambungnya.

Saya hanya dapat memberi senyum sambil menenteng tas perang untuk tempur alias pumping di gudang kantor.

Kata-kata tersebut sungguh menusuk hati ketika diluncurkan, 'tidak mampu membeli susu formula'. Apalagi sampai menyinggung gaji bulanan dipakai untuk apa.


Bekerja 8 jam selama 5 hari dalam seminggu bukanlah hal yang mudah bagi para ibu yang sedang menyusui. Alih-alih kantor tempat bekerja pun belum ramah perempuan. Keramahan yang diharapkan, misalnya memiliki ruang laktasi untuk para ibu, harus diperjuangkan terlebih dahulu. Kalau ada yang menyimpulkan bahwa ASI itu lebih murah daripada susu formula, siapa bilang? Justru ASI sebenarnya lebih mahal daripada susu formula. Berikut beberapa faktanya:

Pertama, untuk dapat rutin memberikan ASIP, Urban mama harus punya pompa ASI atau breastpumpyang nyaman. Breastpump yang nyaman akan sangat membantu mama selama proses pumping. Kata 'nyaman' tersebut yang terkadang membebani. Nyaman artinya kita harus merogoh kocek lebih dalam, karena untuk alat yang satu ini ada rupa ada harga. Pompa ASI dari merk yang terkenal memang terbukti enak dipakai, aksesoris dan sparepart-nya mudah dicari serta awet tahan lama, meski harganya juga tak murah. Beberapa merk tertentu dapat dibeli dengan harga sedikit lebih murah tetapi sulit mencari sparepart-nya jika salah satu bagiannya rusak. Rata-rata rasa nyaman terbeli dengan pompa ASI yang merknya sudah dikenal. Tanpa menyebut merk, Urban mama dapat mencari informasi merk pompa ASI tersebut secara online.

Kedua, botol kaca. Butuh banyak botol kaca untuk menyimpan ASIP. Rata-rata kisaran harga botol rekondisi adalah Rp2.000 hingga Rp3.000 per botol. Namun, jika memilih kualitas barang lebih bagus (merk botol untuk ASIP) maka harga juga akan naik. Biaya untuk botol kaca dapat disiasati karena kebutuhan masing-masing ibu berbeda, tergantung produksi ASIPnya. Makin banyak ASIP yang dihasilkan, tentu botol ASIP yang dibutuhkan akan lebih banyak. Jika malas mencuci botol, maka gunakan breastmilk storage bags (kantung plastik khusus ASI). Ada yang reusable, ada yang sekali pakai. Jika menggunakan kantung ASIP, Urban mama harus berhitung juga: misalkan di rumah pumping 2x dan di kantor 2x, maka sehari akan butuh 4 plastik. Satu kotak kantung berisi rata-rata 30 kantung ASI dengan harga Rp 40.000/box/minggu. Maka setiap bulan mama harus mengeluarkan uang Rp160.000 hanya untuk kantong plastik ASI.

Stok ASIP Waf per 18 Mei 2015 (perdana masuk kantor)
Ketigacooler bag atau tas khusus berpendingin untuk menyimpan ASIP selama perjalanan pulang-pergi antara kantor dan rumah. Tas ini berfungsi untuk menjaga kondisi ASIP agar tidak rusak. Kalau mencari yang murah, Rp50.000 saja sudah dapat. Namun kalau mencari yang lapisan dalamnya agak bagus maka Urban mama harus merogoh kocek lebih dalam.

Keempatice gels. Tak cukup cooler bag, Urban mama sangat butuh ice gels. Fungsi ice gels ini seperti es batu namun mampu mempertahankan suhu dingin lebih lama, karena tak mungkin menggunakan es batu yang mudah mencair dan suhunya tak dingin lagi. Ice gel ini dapat digunakan berulang (reusable), setidaknya siapkan 2 hingga 4 ice gels menyesuaikan ukuran cooler bag dan jumlah botol ASIP yang setiap hari harus ditenteng ke kantor. Kualitas ice gel ditentukan dari seberapa lama ia dapat membeku serta seberapa besar ukurannya. Semakin kecil ukuran ice gel dan semakin lama ia bertahan beku maka harganya semakin mahal.

Kelima, kulkas atau freezer. Barang inilah yang menurut saya paling mahal. Bagaimana mungkin kalau sudah mengumpulkan ASIP hingga berbotol-botol bahkan berkantung-kantung, tetapi tidak ada tempat penyimpanan yang sesuai dengan standar aturan penyimpanan ASIP. Maka kepemilikan kulkas dan freezer menjadi syarat wajib jika ingin berhasil memberikan ASIP untuk si kecil.

Keenam, dot dan botol susu untuk si bayi saat ditinggal kerja. Kalau dari pengalaman yang sudah-sudah, setidaknya mama memiliki empat dot dan botol susu. Jumlah tersebut menurut saya cukup agar tidak buru-buru mencuci, merebus dan mengeringkannya.

Ketujuh, membersihkan dot, botol, serta peralatan pompa ASI itu itu butuh air panas dan tentunya butuh gas dan listrik untuk memanaskan airnya dan menjalankan alat strerilisasi, bukan? Belinya ya tentu saja pakai uang, kecuali kalau kita bisa barter seperti jaman nenek moyang.

Tidak sengaja menemukan artikel di majalah saat duduk santai di kantor
Tujuh hal tersebut membutuhkan rupiah yang tidak sedikit, tetapi nominalnya masih bisa dikalkulasikan. Namun jangan lupakan hal-hal yang yang tidak dapat dihitung, seperti:
Waktu
Urban mama butuh menyisihkan waktu untuk memompa ASI saat di kantor. Artinya akan ada beberapa pekerjaan kantornya yang bisa jadi tertinggal karena waktunya dipakai untuk memompa ASI demi si kecil di rumah. Ini dapat Urban mama siasati dengan pintar-pintar mmebagi waktu dan berusaha se-efisien mungkin mengerjakan tugas di kantor.

Tenaga
Menyusui, termasuk memompa ASI butuh tenaga dan membakar kalori. Apalagi memompa ASI itu kadang-kadang bisa terasa melelahkan dan menjemukan.

Dirasani rekan sejawat
Yang jelas tidak bisa dihitung adalah saat mata partner kerja tertuju pada kita. Saat mereka juga tahu bahwa kita mencuri-curi waktu untuk memompa ASI dan terlihat seperti duduk santai saja. Apalagi sampai ada ucapan yang terlontar: “Kerja kok nggak kuat beli susu formula”

Ikhlas
Di atas semua hal yang sebelumnya dibahas satu persatu, inilah yang harganya tak ternilai. ASI, menurut saya, bermakna keikhlasan. Keikhlasan seorang ibu yang menyisihkan tenaganya untuk menyusui. Keikhlasan menerima bentuk tubuhnya tak akan pernah sama lagi setelah melahirkan dan menyusui. Keikhlasan untuk waktunya yang sangat banyak tersita. Keikhlasan saat menemui kendala sewaktu menyusui dan harus mencari cara agar si kecil tetap dapat minum ASI. Keikhlasan seorang ibu untuk menjaga kesehatannya bahkan mengonsumsi suplemen agar kualitas dan kuantitas ASI terjaga. Belum lagi keihklasan menerima rasa sakit ketika harus berobat, atau ketika ada masalah anatomi seperti bentuk putingnya dikoreksi dengan nipple puller dan sakitnya minta ampun. Dan berbagai keikhlasan lainnya yang hanya Tuhan yang tahu. Pernah ada yang bilang: kalau tidak ikhlas, tidak perlu jadi seorang ibu. Jabatan menjadi seorang ibu tidak semudah mengucap 3 huruf tersebut: I-B-U.

ASI adalah akumulasi perjuangan seorang ibu. Mungkin beberapa orang akan menilai pernyataan tersebut berlebihan. Namun bagaimana tidak, itulah harga komitmen yang harus dibayar sebagai orangtua, khususnya ibu. Semua kembali kepada komitmen Urban mama dan papa serta tuntutan keikhlasan yang luar biasa.

Pada akhirnya, ASI memang lebih 'mahal' karena representasi perjuangan yang dibutuhkan untuk dapat memberikannya kepada si kecil. Segala kebaikan ASI dan perjuangan memberikan ASI untuk anaklah yang membuat ASI begitu tak ternilai harganya. Sama halnya seperti perjuangan membesarkan dan mendidik anak seterusnya.



Tulisan asli telah disunting oleh The Urban Mama dan telah dimuat pada link http://theurbanmama.com/articles/asi-itu-lebih-mahal-dari-susu-formula-dan-representasi-keikhlasan-seorang-ibu-H51863.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar