Jumat, 16 Februari 2018

Melatih Motorik Kasar, Waf Mengira Naik Sepeda Semudah Apa Yang Dilihat

Ditulis oleh @elliyinayin

Kapan kalian pertama kali dapat menaiki sepeda roda dua?
Saat TK, sebelum TK, saat SD atau malah sampai sekarang kalian masih belum dapat menaiki sepeda karena takut jatuh? Hehe... Untuk kita yang dewasa kadang rasa takut lebih besar dibanding rasa ingin bisa. Namun tentu hal tersebut menjadi kebalikan bagi seorang anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa takutnya akan kalah dengan rasa penasaran ingin menaiki sepeda tanpa jatuh. Begitu pula Waf.

Sabtu itu saya dan Waf tidak memiliki agenda. Sedangkan Bapaknya kalau Sabtu masuk kerja. Jadilah saya mencari-cari ide untuk menghabiskan waktu pagi hingga siang. Saya memutuskan untuk silaturahmi di rumah kakak, di daerah Triyagan, Jaten, Sukoharjo. Jaraknya yang dekat dari rumah dan karena kakak memiliki dua bocil maka itu menjadi alasan yang pas untuk kesana.

Kami mengendarai motor untuk menuju ke lokasi. Diawali dengan turut serta menjemput Daffi (anak kakak yang kecil/ponakan saya) di PAUD, lalu kami memberi makan mentok di pekarangan belakang rumah yang dimiliki kakak,kemudian memberi makan ikan lele di kolam ukuran 1.2 m x 2 m, selanjutnya Daffi menunjukkan aksi naik sepeda.

Usia Daffi belum genap 5 tahun tapi kelincahan dalam bersepeda jangan ditanya. Ia selincah kakaknya (Jianchi) yang masih duduk di bangku TK B. Rem khas ala sepeda anak kecil, yaitu menggunakan sandal, tak luput dari aksi pertunjukan di depan kami. Rasa penasaran Waf untuk naik sepeda pun meningkat. Selama ini Waf hanya naik sepeda plastik roda tiga. Itu pun tidak dapat belajar ngayuh secara maksimal karena kaki Waf yang cukup panjang dibanding anak seusianya.

Sepeda plastik roda tiga telah dipensiunkan
Mulailah Waf merengek meminta saya meminjamkan sepeda kepada Daffi.
“Bu, itu..,” sambil nunjuk.
“Bu, sepeda..”
“Bu, sepeda Mas Daffi”
Saya pun akhirnya menyampaikan ke Daffi, “Fi, pinjam sebentar. Waf mau coba.”
Waf pun naik sepeda roda dua. Dia belum bisa menngayuh kanan kiri bergantian. Secara ini adalah perdana bagi Waf menaiki sepeda roda dua. Waf pikir naik sepeda roda dua itu asyik dan semudah yang Daffi lakukan. Akhirnya yang ada saya dan Budhe Imun (kakak saya) berkeringat dan lelah tak terkira karena harus membungkuk memegangi stang dan sedel agar Waf tidak jatuh dan agar  perlahan mencoba mengayuh. Setiap kami lepas, otomatis dia jatuh, karena kaki belum bisa nipak tanah. Tapi kalau Waf turun dan kita minta menuntun sepeda dia malah marah-marah. Hadeh...hadeh..Gusti..

Duhur pasca makan siang, saya pamit pulang, karena sudah capek dan merasa cukup untuk hari ini.

Budhe mendadak boyoken lho Waf, hehehe

Action menuntun sepedanya Mas Daffi
Saya sempat bertanya ke kakak. Dulu kapan Daffi dapat lancar menaiki sepeda roda dua? Kata kakak, sekitaran 3 tahun lewat sedikit. “Seharusnya latihan nuntun sepeda dulu agar tangan luwes dan lemes mengendalikan stang. Dan lebih penting lagi latihan ngayuh kanan kiri butuh bantuan roda kecil. Naik sepeda itu melatih keseimbangan anak,” imbuhnya.

Waf belum tiga tahun, ya wajar kalau hasilnya sepedaan hari ini seperti ini. Apalagi masih pertama kali. Hehehe... Sekilas saya membaca teori tentang perkembangan motorik kasar anak, bahwa anak 3-4 tahun itu mengendarai sepeda roda tiga, sedangkan 5-6 tahun mengendarai sepeda roda dua. Berarti Daffi hebat sekali ya..

Setelah berkunjung ke rumah Daffi, akhirnya saya belikan Waf sepeda second. Saya tambahi roda kecil kanan kiri. Fokusnya adalah bisa mengendalikan stang dan melatih mengayuh kanan kiri bergantian.

Kapan saya dapat menaiki sepeda?
Sebelum TK ternyata saya sudah lihai naik sepeda dewasa roda dua. Latihannya ya di dalam rumah sembari menanti “dunia dalam berita” habis. Sayang, foto saya naik sepeda roda dua belum ketemu.

Kapan kalian pertama kali dapat menaiki sepeda? Yuk sharing...

Saya (belum TK) dengan sepeda turun temurun dari kakak

1 komentar: