Jumat, 16 Februari 2018

Ojek Online, Feeling WOW Saat Ditawari Masker dan Penutup Kepala Gratis

Ditulis oleh @elliyinayin

Orang-orang  dengan mobilitas tinggi tentu tak asing dengan hadirnya transportasi online berbasis aplikasi. Setiap di jalan, mudah sekali kita melihat para pengemudi berlalu lalang mengantar para penumpang. Ada yang mengantar orang, ada yang mengantar barang, ada yang mengantar  makanan, ada yang minta tolong dibelikan ini dan itu di toko-toko tertentu. Begitu pun saya yang merasa sangat terbantu dengan adanya transportasi online.

Setiap perusahaan transportasi online memiliki fasilitas dan karakter yang unik. Saya sendiri memilih aplikasi yang asli milih anak negeri, you know lah ya..saya memilih menggunakan Gojek untuk beberapa urusan mobilitas. Menurut history dalam aplikasi, saya telah menggunakan layanan Gojek sebanyak 23x mulai November 2017 sd hari ini. Padahal saya sudah menggunakan aplikasi tersebut sejak Juli 2017 (perdana naik Go-ride ke kantor). Layanan yang saya gunakan adalah go-ride, go-car, go-food, dan go-send. Mungkin kalian juga merasakan kemudahan-kemudahan yang saya rasakan, terkhusus saat di luar kota, tidak ada saudara, ditambah buta rute.

Karakter driver pun berbeda-beda. Ada yang lembut banget meskipun saya agak bernada tinggi. Ada yang kalem naik motornya karena saya membawa anak kecil. Ada yang bodo amat war wer nrobos kanan kiri tanpa peduli saya takut dengan cara ia mengendarai motor. Ada yang full diam tidak mengajak bicara penumpang kecuali tanya rute. Ada yang supel sengaja mengajak berbincang. Ada yang PD meminta bintang lima padahal pick up nya lama banget. Ada yang turut bernada tinggi saat rute sangat berbeda dengan map. Dst.

Delapan bulan pengalaman saya menggunakan Gojek. Ada dua peristiwa yang tidak mungkin saya lupakan.

Pertama, saat saya memesan Go-car untuk ngantar Mamak periksa di RS Kasih Ibu.
Klik, klik, order. Dan siapakah nama driver yang muncul? Yup....beliau atasan suami saya di kantor. Mau bagaimana lagi. Masak mau dibatalin. Nggak enak donk ya. Ya sudah, show must go on. Saya kasih rute penjemputan. Saya pun sampaikan ke Mamak, “Mak, drivernya atasane Mas Cahyo di kantor.” Respon Mamak hanya ha dengan nada kaget. Sayangnya history disopiri beliau sudah tidak tampak.

Kedua, saat nama driver Go-ride membuat mata saya terbelalak. Rhetorica Unggul Takari. Nama beliau cakep banget. Pasalnya ayahnya adalah prajurit dari Jenderal Sudirman.

Driver    : "Mbak Eli"
Me         : "Iya. Nama Jenengan bagus sekali Pak."
Driver    : "Rhetorica itu ilmu pidato. Mau pakai penutup kepala dan butuh masker?"
Me         : "Mboten."
Driver    : "Ini semua baru kok, bukan bekas," driver berusaha meyakinkan saya. 

Baru kali ini saya ditawari fasilitas masker dan tutup kepala. Tutup kepala ini sepertinya diminta oleh konsumen yang mudah jijik karena helm yang dipakai bergantian dengan konsumen lain. Bentuknya ya seperti tutup rambut saat mandi. Pengalaman berkali-kali naik Go-ride hal ini tidak pernah terjadi. Dia bilang ini fasilitas darinya dan gratis. Saya pun menyampaikan kalau saya bukan orang yang rewel soal helm yang dipakai bergantian, dan saya sudah membawa masker saya sendiri. Yang jelas Pak Rethorica ini sangat memahami emosional dan karakter konsumen yang berbeda-beda. Ia nampaknya berusaha do the best to serve his customer.

Delapan bulan bersama Gojek, saya sudah pernah mendapatkan voucher go-food 4 x Rp 25000, voucher go-car 5 x Rp 10.000 dan voucher go-ride 10 x Rp 8000. Token yang saya mainkan pun juga pernah saya tukar ke Es teler 77. Lumayan banget. Hingga kini saya masih belum tahu mengapa saya mendapatkan voucher tersebut. Apakah ini hadiah untuk customer atau sekedar voucher sistem random, saya tidak tahu.

Lalu bagaimana kisah-kisah unik kalian bersama transportasi online jaman now? Sharing yuk...

Sebagian history memakai Go-jek

Jadi penasaran driver seperti apa

Alhamdulillah sampai dengan selamat

Sebagian voucher Go-ride yang masih aktif. Lainnya sudah terpakai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar