Orang-orang dengan
mobilitas tinggi tentu tak asing dengan hadirnya transportasi online berbasis
aplikasi. Setiap di jalan, mudah sekali kita melihat para pengemudi berlalu
lalang mengantar para penumpang. Ada yang mengantar orang, ada yang mengantar
barang, ada yang mengantar makanan, ada
yang minta tolong dibelikan ini dan itu di toko-toko tertentu. Begitu pun saya
yang merasa sangat terbantu dengan adanya transportasi online.
Setiap perusahaan transportasi online memiliki fasilitas dan
karakter yang unik. Saya sendiri memilih aplikasi yang asli milih anak negeri, you know lah ya..saya memilih
menggunakan Gojek untuk beberapa urusan mobilitas. Menurut history dalam aplikasi, saya telah menggunakan layanan Gojek
sebanyak 23x mulai November 2017 sd hari ini. Padahal saya sudah menggunakan
aplikasi tersebut sejak Juli 2017 (perdana naik Go-ride ke kantor). Layanan yang saya gunakan adalah go-ride, go-car, go-food, dan go-send. Mungkin kalian juga merasakan
kemudahan-kemudahan yang saya rasakan, terkhusus saat di luar kota, tidak ada
saudara, ditambah buta rute.
Karakter driver pun berbeda-beda. Ada yang lembut banget
meskipun saya agak bernada tinggi. Ada yang kalem naik motornya karena saya
membawa anak kecil. Ada yang bodo amat war
wer nrobos kanan kiri tanpa peduli saya takut dengan cara ia mengendarai
motor. Ada yang full diam tidak
mengajak bicara penumpang kecuali tanya rute. Ada yang supel sengaja mengajak
berbincang. Ada yang PD meminta bintang lima padahal pick up nya lama banget. Ada yang turut bernada tinggi saat rute
sangat berbeda dengan map. Dst.
Delapan bulan pengalaman saya menggunakan Gojek. Ada dua
peristiwa yang tidak mungkin saya lupakan.
Pertama, saat saya
memesan Go-car untuk ngantar Mamak periksa di RS Kasih Ibu.
Klik, klik, order. Dan siapakah nama driver yang muncul?
Yup....beliau atasan suami saya di kantor. Mau bagaimana lagi. Masak mau
dibatalin. Nggak enak donk ya. Ya sudah,
show must go on. Saya kasih rute penjemputan. Saya pun sampaikan ke Mamak,
“Mak, drivernya atasane Mas Cahyo di kantor.” Respon Mamak hanya ha dengan nada kaget. Sayangnya history disopiri beliau sudah tidak tampak.
Kedua, saat nama driver Go-ride
membuat mata saya terbelalak. Rhetorica
Unggul Takari. Nama beliau cakep banget. Pasalnya ayahnya adalah prajurit
dari Jenderal Sudirman.
Driver : "Mbak Eli"
Me : "Iya. Nama
Jenengan bagus sekali Pak."
Driver : "Rhetorica
itu ilmu pidato. Mau pakai penutup kepala dan butuh masker?"
Me : "Mboten."
Driver : "Ini semua
baru kok, bukan bekas," driver berusaha meyakinkan saya.
Baru kali ini saya ditawari fasilitas masker dan tutup kepala. Tutup kepala ini sepertinya diminta oleh konsumen yang mudah jijik karena helm yang dipakai bergantian dengan konsumen lain. Bentuknya ya seperti tutup rambut saat mandi. Pengalaman berkali-kali naik Go-ride hal ini tidak pernah terjadi. Dia bilang ini fasilitas darinya dan gratis. Saya pun menyampaikan kalau saya bukan orang yang rewel soal helm yang dipakai bergantian, dan saya sudah membawa masker saya sendiri. Yang jelas Pak Rethorica ini sangat memahami emosional dan karakter konsumen yang berbeda-beda. Ia nampaknya berusaha do the best to serve his customer.
Delapan bulan bersama Gojek, saya sudah pernah mendapatkan
voucher go-food 4 x Rp 25000, voucher
go-car 5 x Rp 10.000 dan voucher go-ride 10 x Rp 8000. Token yang saya
mainkan pun juga pernah saya tukar ke Es teler 77. Lumayan banget. Hingga kini
saya masih belum tahu mengapa saya mendapatkan voucher tersebut. Apakah ini hadiah untuk customer atau sekedar voucher sistem random, saya tidak
tahu.
Lalu bagaimana kisah-kisah unik kalian bersama transportasi
online jaman now? Sharing yuk...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar