Waf dengan tali minum di leher bersama teman-teman dan Bu Guru di Taman Cerdas Jebres Surakarta 2/2/2018 |
Laki-laki dan Perempuan*
Karena aku laki-laki
Rambut pendek, baju koko, berpeci
Aku gagah dan baik hati
Ku bahagia jadi laki-laki
Karena aku perempuan
Berkerudung, berbaju panjang
Aku lembut, juga penyayang
Ku bahagia jadi perempuan
Laki-laki dan perempuan
Semuanya Allah yang ciptakan
Laki-laki dan perempuan
Walau beda tetaplah berteman
*Lirik lagu dari Album CD Syair Anak Negeri Vol 1, karya para guru di Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Jawa Tengah 2016. Lagu dapat didengar melalui link 4shared : https://www.4shared.com/mp3/KG4PxNGgca/laki_laki_dan_perempuan_1.html ya Moms.
Lirik lagu di atas pertama kali saya dengar di sebuah Tempat Pengasuhan Anak (TPA) yang terintegrasi dengan sebuah PAUD dan TK yang dikelola oleh Yayasan Swasta Islam di wilayah Solo. Saat itu anak saya sedang ber TPA di tempat tersebut. Sontak saya mendengarkan lirik lagu dengan seksama. Ada yang asyik dari lagu tersebut. Ada nada-nada yang membuat anak kecanduan untuk terus-menerus bernyanyi.
Pada kesempatan lain, saya menemui kepala sekolah dengan tujuan untuk menggandakan lagu tersebut. Namun, saya tidak diijinkan untuk menggandakan tapi harus membelinya. Tidak masalah bagi saya, asalkan anak saya mengkonsumsi lagu-lagu dengan lirik yang sehat dan mendidik.
Lirik lagu tersebut sarat makna tentang pendidikan gender anak usia dini. Ia menyebutkan beberapa ciri-ciri laki-laki dengan menyebutkan rambut pendek, baju koko, berpeci. Diiringin dengan ciri non fisik yaitu gagah dan baik hati. Sebaliknya, ia menyebutkn bahwa perempuan itu berkerudung, berbaju panjang. Diimbuhi dengan sifatnya yang lembut dan penyayang. Hal yang menarik lagi adalah jika kita menggunakan peran di sekeliling kita untuk mengkonkretkan siapa yang laki-laki dan perempuan untuk mengenalkan fungsi gendernya.
Pada anak balita, mencontohkan laki-laki dan perempuan cukup sederhana dengan mengambil model ayah dan ibu. Ayah adalah seorang laki-laki. Laki-laki itu menggunakan celana, memakai peci dan sarung saat beribadah. Ayah itu berkumis, tidak menggunakan anting, gelang, kalung dan lipstick. Ayah itu berambut pendek, jadi ayah itu ganteng. Anak laki-laki itu bermain mobil-mobilan dan robot-robotan. Ibu adalah seorang perempuan. Perempuan itu mengenakan rok, memakai mukena saat beribadah. Ibu memakai kalung, anting, gelang, dan akan cantik jika menggunakan lipstick. Anak perempuan itu bermain boneka dan masak-masakan.
Jika dari ilustrasi di atas disampaikan melalui gambar dan dongeng, seandainya ada anak laki-laki mulai bertanya, “Jadi aku ga boleh pakai lipstik?”, maka kita pun bisa menjawab, “Benar, kamu tidak seharusnya memakai lipstick, kamu itu ganteng, bukan cantik”. Di situlah anak mulai mengenal perbedaan laki-laki dan perempuan melalui konsep sederhana yang nantinya akan berkembang saat usia mereka bertambah.
Pada tahap selanjutnya, anak dapat diperkenalkan tentang apa yang dilakukan ayah dan ibu. Misalnya mengapa ibu lebih sering di rumah dibanding ayah. Perkenalkan kepada mereka pekerjaan dominan laki-laki dan dominan perempuan. Pemisahan toilet bagi anak laki-laki dan perempuan balita juga dapat mengajarkan banyak hal tentang pendidikan seks. Menumbuhkan rasa malu dan membiasakan diri menjaga organ seks nya merupakan hal yang sangat penting.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks itu sedernana, bahkan kita bisa mengajarkannya melalui lirik lagu sehingga alam bawah sadar anak akan pelan-pelan merekam bagaimana peran dia, bagaimana seharusnya dia bersikap sebagai laki-laki atau perempuan. Di akhir lirik lagu itupun disebutkan pada bait terakhir bahwa menjadi laki-laki dan perempuan itu tidak bisa memilih, karena Allah yang telah menentukan. Namun demikian, kita tetap dituntut untuk berteman meskipun kita berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar