Ditulis oleh: @elliyinayin
Suami cuti sehari (Senin 29/1), bingunglah kami menentukan tujuan untuk menghabiskan waktu selama 4 jam. Hanya empat jam saja lho ini, karena Waf sekolah dari pukul 08.00 sd 12.00 WIB. Biarkan kami pacaran sejenak ya...hehe...
Berembug dengan suami untuk mencari lokasi yang terjangkau jarak dan kantong, akhirnya kami memutuskan untuk ke Umbul Ponggok, Klaten. Pukul 9 kami berangkat menuju lokasi dengan menggunakan sepeda motor (Solo-Klaten +- 45 menit). Kami tidak membawa peralatan dan bekal macam-macam karena tujuan suami hanya untuk berenang dan ganti suasana saja. Inilah rute menuju Umbul Ponggok.
Meski ini bukan pertama kalinya, tapi kami selalu menikmati suasana Ponggok. Terakhir kali saya kesana saat hamil Waf 7 bulan, sekitar akhir tahun 2014. Namun sebelumnya saya juga sudah pernah kesana beberapa kali. Dari tahun ke tahun, Umbul Ponggok mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Ponggok Dulu dan Kini
Pertama kali saya ke Ponggok diajak calon suami, saya terkejut luar biasa. Bukan karena indahnya underwater Ponggok, bukan karena berenang bersama ikan-ikan tawar yang besar-besar tapi karena melihat orang mencuci karpet dan mencuci baju di umbul tersebut. Bagaimana rasanya berenang sambil melihat buih sabun cuci baju? Bagaimana rasanya berenang sambil mendengar suara orang yang sedang menyikat karpet lalu membilasnya? Air untuk berenang dan mencuci karpet dan baju adalah air yang sama. Itu dulu, dulu sekali. Saya masih mengalaminya di tahun 2013. Bahkan saya masih mengalami tiket masuk seharga Rp 3.000 tanpa ada petugas parkir dan tanpa ada pungutan untuk bilas mandi. Setiap kali kami datang sekitar pukul 08.00 WIB, Umbul Ponggok masih sangat sepi, terkadang petugas tiketpun belum datang. Semua warga pun bisa menerobos tanpa harus membeli tiket karena memang Umbul Ponggok belum memiliki pagar pembatas.
Seiring berjalannya waktu dan dengan kesadaran masyarakat setempat bahwa Umbul Ponggok merupakan sebuah potensi besar, nampaknya Pemda mulai turut serta dalam mengelola asetnya. Tidak hanya itu, saya menyakini bahwa terkenalnya Umbul Ponggok juga dikarenakan campur tangan media baik media elektronik melalui liputan stasiun TV maupun media sosial seperti banyaknya orang yang mengunggah foto saat di Umbul Ponggok dan memberi hashtag #umbulponggok.
Wahana terbaru, Ponggok Warrior Rp 15.000/ 30 menit/ orang |
Umbul Ponggok Kini
Apa saja yang berubah di Umbul Ponggok?
Tentuny harga tiket masuk donk. Harga regular adalah Rp 15.000. Dengan nominal tersebut kalian akan mendapatkan camilan seperti kripik bakso ikan nila atau sejenisnya. Camilan tersebut merupakan hasil olahan dari PKK Desa Ponggok. Rasanya enak di lidah.
Selanjutnya, tempat bilas mandi yang bersih dan berbayar. Kalau mandi tarifnya Rp 2.000. Tidak sekedar bersih, di kamar mandi tersebut sudah terdapat toilet, capstok/ cantolan baju, dan sabun mandi. Mantap kan. Jumlah kamar mandi pun berderet banyak banget. Jadi kalian tidak perlu khawatir soal antri mandi.
Tempat persewaan pelampung |
Berikut ini saya sertakan link yang saya dapat dari brosur www.umbulponggok.co.id. Di website tersebut sudah tertera segala rincian harga, harga paketan, harga persewaan dan segala fasilitas yang akan didapat oleh pengunjung. Pengunjung tinggal memilih sesuai budget yang telah dianggarkan. Saya juga sertakan link intagram dari umbul ponggok sebagai bukti foto-foto para pengunjung yang kece abis. Sebagai referensi lain kalian juga dapat mengakses website ini.
Secara pribadi saya sangat mengapresiasi perkembangan dan pengelolaan yang baik dan sehat. Itulah bukti sinergi antara pemda dan masyarakat yang menguntungkan kedua pihak. Umbul Ponggok yang sekarang, bukanlah Umbul Ponggok yang dulu. So, nggak perlu jauh-jauh ke Bunaken, di Klaten juga punya Bunaken.
Akhirnya pukul 12.15 kami menjemput Waf di sekolah. Cuti pun usai. Kami kembali ke dunia nyata bahwa kami telah diamanahi Waf yang sangat kreatif dan sedang di usia emas. Next time kami akan mengajakmu Waf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar