Akhir-akhir ini sebelum saya resign dari kantor, saya memang sedang gencar mempromosikan bakpao ubi ungu dan pizza melalui akun media sosial yang saya punya (Facebook, Instagram, BBM dan WA). Banyak yang menanyakan secara pribadi apakah itu masakan saya sendiri atau bukan. Nah melalui tulisan ini saya ingin menjelaskan asal muasal saya jualan makanan sekaligus menjawab pertanyaan teman-teman.
Saya merupakan anak terakhir dari 6 bersaudara. Kami perempuan cantik semua. Cantik dengan karya masing-masing. Kakak saya yang kelima ternyata lebih dicintaiNya. Ia dipanggil di usia 26 tahun. Usia dimana saya melakukan ijab qobul dengan calon suami (sekarang sudah jadi suami). Yup, karena dia anak nomor 5 dan saya nomor 6, maka jarak 3 tahun menjadi alasan bounding kami terlalu kuat. Saya paling dekat dengan dia dibanding kakak-kakak yang lain yang jaraknya ada yang 7 hingga 17 tahun. Jungkir balik, mainan, gebuk-gebukan pakai bantal, pasaran, renang, dsb dengan dia. Shocked, saat salah satu saudara terdekat saya tidak ada. Empat yang lain sama, mereka saudara kandung saya, seAbah seMamak dan tentunya lahir dari rahim yang sama. Mau tidak mau saya juga harus dekat dengan mereka.
Singkat cerita, Mamak saya jualan roti pisang (tetangga dan pelanggan nyebut demikian, meski aslinya yang benar adalah kue bingka pisang-asli Banjarmasin) sejak saya TK. Kira-kira Mamak konsisten jualan roti pisang selama 25 tahun. Sempat on off ketika kakak (2011) dan Abah (2014) saya sakit. Mamak juga saya akui hebatnya untuk masak Soto Banjar, Kue Lumpur Kentang, Paes Pisang, Pepes Ikan, Masak Kuning, dan beberapa makanan khas lain. Pokok e jempol. Well, ternyata lagi, jiwa-jiwa masak itu secara tidak langsung menurun pada anak-anaknya kecuali saya. Mengapa demikian? Di mata saya semua kakak saya jago pegang pisau. Dan yang paling pintar untuk menakar dan uji coba masakan hanyalah si kakak nomor 3. Nah, masakan dialah yang selama ini saya jual berupa bakpao ubi ungu dan pizza.
Berulang kali saya nyatakan, apalah Yiyin ini, cuma bisa merebus air, itupun gosong. Masak iya saya masak bakpao seenak itu. Hehe… Sering saya katakan demikian untuk menunjukkan betapa kakak saya jauh lebih mampu masak dibanding saya. Meski faktanya, saya juga pintar lho bersinergi dengan pisau. Kalau ngga percaya bisa ditanyakan ke suami langsung ya….:)
Pada akhirnya, kakak nomor 3 yang memiliki dua anak kecil yang sedang aktif-aktifnya merasa uji coba bakpao ubi ungu layak untuk dipasarkan. Saya pun ikut mencicip, suami saya ikut mencicip juga. Sepakat bahwa rasanya enak. Harga terjangkau, masaknya mudah, sehat dan bergizi, dan masih sangat jarang ada dipasaran. Awalnya kakak pelan-pelan nitip di Fitnes center UNS (tempat fitnes tidak boleh gorengan, jadi bakpao adalah menu yang sangat tepat), ada satu dua orang saudara yang pesan untuk pengajian. Saya sendiri kadang-kadang pesan 10 pcs saja untuk konsumsi sendiri. Suami saya sempat mengatakan: “Bakpaonya kakak tuh enak lho, kenapa nggak dipasarkan lebih luas aja Dik?” Kata dia ke saya. Entah keberanian saya datang dari mana. Saya pasang DP di BBM, di WA dan nyetatus di Facebook. Saya beranikan diri untuk menghubungi nama-nama yang ada di kontak WA saya untuk sekedar mempromosikan jajanan sehat NO Gorengan yang disebut bakpao ubi ungu. Alhamdulillah, hampir semua pemesan mengatakan enak meski baru pertama kali mencicip bakpao ubi ungu. Semua testimoni pembeli saya screenshoot dan saya upload di facebook dan instagram. Ini sebagai bukti bahwa bakpao ubi ungu yang dimasak kakak melalui uji coba selama 6 bulan layak diterima di lidah customer, baik harga, rupa, tekstur dan rasa.
Pada akhirnya, tampak sudah kolaborasi kami. Kolaborasi Usaha dan Usaha untuk Kolaborasi. Saya diuntungkan karena dapat “tambahan”, kakak pun untung karena bisa menambah pundi-pundi sedikit demi sedkit, customer untung karena mendapat varian baru dalam memilih jajanan sehat NO GORENGAN. Saya dan kakak meski kami beda generasi, kami tidak mengenal kompetisi (Y GENERATION tuh kenalnya kolaborasi). Kami tak pernah bersaing, hampir dalam semua hal, kecuali akeh-akeh an Ngaji dan salat taraweh (8 rekaat tuh memalukan bagi kami, jika kami mampu 20 rekaat, ups malah mrembet sampai bahas Ramadan). Jadi, lihatlah anak-anak Mamak ini semua cantik pada karya masing-masing.
Kini varian rasanya sudah bertambah. Yang awalnya hanya coklat dan keju, sekarang bertambah menjadi coklat, keju, kacang hijau, kacang tanah, strowberri, dan blueberri. Per pcs hanya dipatok harga Rp 3.000 aja. Namun pemesanan minimal 1 kotak yang berisi 10 pcs. Karena bakpao ini homemade dan bukan frozen food, maka diharapkan pelanggan memesan minimal 1 hari sebelumnya. Oh iya, sebagai informasi, bakpao ubi ungu hanya bertahan selama 2 hari saja. Dengan penuh perjuangan wira wiri di Dinas Kesehatan Sukoharjo, akhirnya bakpao ubi ungu telah memperoleh Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga atau yang lebih sering dikenal dengan P-IRT. No P-IRT untuk bakpao ubi ungu adalah 3153311010837-22. Nomor tersebut akan berlaku hingga tahun 2022. Sudah jelas tidak ada yang perlu diragukan lagi terkait kandungan gizi dan jaminan kebersihan proses memasak ya. Rumah produksi kami di Desa Triyagan, Mojolaban, Sukoharjo. Bagi yang berminat dapat menghubungi kami di WA 085742979600. Minat-ngiler-order-silakan.
Diedit di Ngoresan, Jebres, Surakarta 23 Januari 2018
Berikut sebagian testimoni bakpao ubi ungu...
Pesanan 20 box |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar