Selasa, 13 Februari 2018

Ketika Anak Mengenal Istilah "Jajan"

Ditulis oleh: @elliyinayin
Wafa sudah tujuh bulan bergabung di Kelompok Bermain A. Tentunya sudah banyak perkembangan pada berbagai bidang, seperti bahasa, hafalan doa, ibadah, motorik kasar, motorik halus, dan tata krama. Seiring bertambahnya usia, teman bermain, variasi makanan, dan lingkungan bermasyarakatnya, maka bertambah pula kosa kata yang ia miliki.

Kata “jajan” tak asing lagi bagi anak-anak yang telah dapat berbicara, baik yang sudah lancar maupun belum. Wafa memang tidak pernah saya perkenalkan dengan kata “jajan”. Namun, perlahan Wafa pun mengenal apa yang dimaksud dengan jajan dari lingkungan sekolahnya. Padahal di KB telah disiapkan snack khusus setiap hari. Namanya juga anak-anak, tak afdol rasanya kalau tidak ada kisah merengek minta jajan. Jika di rumah ada uang receh tergeletak, Wafa akan mengatakan, “Buat jajan ya, Bu” atau saat ia melihat dompet yang tidak pada tempatnya, ia akan membuka dan mengambil uang lalu mengatakan hal yang sama.

Saya sendiri sering mendengar kakak-kakak mengeluhkan banyaknya pengeluaran jajan untuk anak, bahkan sampai over budget setiap bulannya. Lalu saya berpikir, apa yang harus saya lakukan agar Wafa dapat menahan diri dari jajan.


Pertama, membuatnya kenyang baik dengan makan nasi maupun minum susu. Bagi Wafa, makan nasi adalah momen yang paling ditunggu-tunggu. Badannya memang tampak kecil, tetapi makannya luar biasa banyak. Alhamdulillah, di saat teman-teman seusianya sulit makan, ia sangat mudah makan. Syukur juga karena tidak cacingan.

Kedua, selalu menyediakan camilan kesukaannya di rumah. Misalnya kacang telur, pilus, wafer coklat, semprong, atau dibuatkan pisang goreng, kolak, kacang hijau, ketela goreng, bakso cilok, dan lainnya. Snack kemasan kecil juga menjadi solusi. Hal di atas sekadar meminimalkan ia mengajak saya keluar untuk jajan.

Ketiga, mengajaknya ke bank untuk menabung. Kebetulan jarak antara rumah, sekolah, dan bank sangatlah dekat. Bahkan sekolah dan bank hanya berjarak kurang dari 500 meter. Setiap seminggu sekali, ia sengaja saya ajak ke bank untuk menabung.


Ada beberapa manfaat yang dapat saya ambil dari mengajak Wafa ke bank. Ia makin mengenal apa itu tata krama/sopan santun di tempat umum, misalnya dengan duduk yang baik-tidak berlari-lari. Selanjutnya, jika di rumah ia tak sengaja membuka dompet kami yang tidak pada tempatnya, maka saya dapat mengatakan ke Wafa, “Nanti kalau uangnya hilang, kamu nggak bisa tabung lho.” (Catatan: Wafa pernah memegang uang saat di motor dan malah terbang. Selanjutnya ia juga pernah memaksa meminta uang yang saya pegang sebesar Rp50.000,- dan tidak jelas ia letakkan di mana hingga berakhir dengan hilang).

Saya tidak tahu apakah saya terlalu dini atau tidak mengenalkan bank sebagai tempat yang aman untuk manabung. Pada usianya yang akan menginjak 3 tahun di 28 Februari mendatang, saya hanya ingin mengajarkan bahwa uang tak semata-mata hanya untuk jajan, membeli, dan membeli. Saya meyakini bahwa suatu saat ia akan mengerti bahwa uang tak hanya untuk dibelanjakan.

______________________________________________________________
Tulisan di atas telah terbit hari ini (9/2/2018)  pada laman http://theurbanmama.com/articles/saat-waf-mengenal-istilah-jajan-apa-yang-harus-saya-lakukan-Y92578.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar