Teman-teman mahasiswa UNS yang
nge-kost di daerah Ngoresan dan sekitarnya pasti tidak asing dengan Warung
Sembako Bu Siyem yang berlokasi di pertigaan Jalan Kartika dan Jalan Antariksa.
Begitu pula warga sekitar yang berdomisi di Ngoresan dan sekitarnya. Bu Siyem
seorang sepuh yang telah membuka warung sembako sejak 30 tahun yang lalu. Saat
saya tanya sejak kapan Jenengan buka
warung sembako, ia pun menjawab, “Lali
Nduk. Wis sui banget. Telung puluh tahun yo wis ono.”(Saya lupa Nduk. Sudah sangat lama. Mungkin sudah
tiga puluh tahun). Bersama anak-anak
dan menantunya ia memberi layanan prima kepada para pembeli sehingga warung
yang buka ba’da Subuh ini selalu
ramai dikunjungi ibu-ibu.
Belanja di Warung Bu Siyem
menurut saya selalu seru dan ada hal baru, meskipun yang saya beli hanya
itu-itu saja. He he he...Apa saja yang seru dan baru di Warung Bu Siyem? Yuk
intip sejenak.
Pertama, update informasi harga
sembako
Di warung Bu Siyem inilah
informasi tentang perubahan (baca: kenaikan) harga sembako selalu update. Saat
beras mendadak harganya melambung tinggi, pembeli saling berkeluh kesah di sana.
Saat brokoli mendadak harganya mencekik leher, Bu Siyem pun menahan diri untuk tidak
kulak. Saat harga telur perlahan menurun, informasi tersebut juga bisa kita
dapat secara cuma-cuma di sana.
Kedua, update informasi keadaan
tetangga
“Eh, si X anaknya meninggal”
“Eh, si Y masuk rumah sakit”
“Eh, katanya nanti sore mau
jenguk si Y. Jam berapa ngumpulnya? Kumpul dimana?”
“Eh, si Z kemarin diserempet
motor”
“Eh, hati-hati lho modus sopir
ojek online yang pura-pura nunggu penumpang di depan rumah kita.”
Dst dst dst
Dari ah eh ah eh suara pembeli
yang notabenenya kebanyakan tetangga sendiri, maka kita menjadi tahu keadaan
tetangga yang lain. Obrolan di atas tidak perlu ditambahi, ditimpali atau kita
bumbui agar lebih sedap ya. Untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak
diinginkan, saran saya sih saat belanja cukup menjadi pendengar yang baik
terkait berita fakta maupun berita gosip, kecuali anda benar-benar membawa
berita yang shahih 100% dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Ketiga, hiburan
Mendengarkan ibu-ibu yang
berkeluh kesah soal anak, suami, rumah atau kerabatnya, serta banyolan-banyolan
spontan yang tak terduga di Warung Bu Siyem adalah hiburan tersendiri bagi
saya. Bukan maksud bahagia di atas penderitaan orang lain lho. Entahlah apakah
pembeli yang lain merasakan hal yang sama atau tidak. Mendengarkan Mbak Asih
(anak Bu Siyem) merespon pembeli dengan gaya khasnya juga merupakan hiburan.
Antri panjang hingga terkadang kesal juga menjadi cerita lucu ketika sampai di
rumah. “Ngapain juga tadi marah-marah karena antri panjang. Mbok ya pindah di
warung lain juga tidak ada yang protes,” batin saya. Kalau mau dilayani ya
antri dulu, bukankah seharusnya memang seperti itu? Tapi nanti kalau pindah ke
tempat lain, rasanya ada yang “missing”
gitu. Sense belanjanya berkurang,
wkwkwkwkwk
Keempat, beli berapapun dilayani
Asal kalian nggak minta gratis
saja, belanja dengan nominal berapapun bakal dilayani kok. Dengan catatan tidak
kebangetan ya.Tidak harus membeli 1 kg, ½ kg, ¼ kg untuk mendapatkan bawang
merah atau bawang putih. Misal kita hanya butuh sedikit, kita bisa sampaikan
mau beli Rp 1.000 saja. Tapi pembeli juga harus legowo seberapa banyak atau sedikit pihak Bu Siyem memberinya.
Baik diakui maupun tidak, “keseruan”
di atas merupakan hal unik tersendiri saat kita berbelanja di sebuah warung
sembako milik Bu Siyem. Rasakan dan
temukan sensasi berbeda saat kita nglarisi tetangga. Selamat mencoba berbelanja
disana.
Warung Sembako Bu Siyem tampak depan |
Beliau adalah Bu Siyem |
Masih menggunakan timbangan kodok ya.. |
Sebagian pembeli mengambil barang sendiri karena saking ramainya pembeli |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar